Oleh : Hamba-Mu
Sudah tepat sebenarnya
istilah "meninggal dunia" untuk menunjuk seseorang yang telah wafat,
karena memang yang bersangkutan rohnya meninggalkan jasad. "Meninggalkan
alam dunia" menuju alam lain, alam barzah (alam kubur). Alam yang nun jauh
di sana (melewati beberapa lapisan langit menurut hadits).
Alam tempat
berkumpulnya seluruh arwah orang telah meninggalkan alam dunia. Menunggu sampai
saat kiamat, di mana semua ruh akan dibangkitkan lagi dan dikumpulkan di alam
mahsyar, lalu menuju alam hisab dan berakhir di alam akhirat. Disebut alam
akhirat, karena merupakan alam terakhir, tempat seseorang akan kekal. Apakah di
syurga atau na'udzubillah di neraka.
Dengan demikian, roh seseorang yang telah meninggalkan jasad dan meninggalkan
alam dunia tidak akan kembali (set back) ke alam dunia, karena bila itu
terjadi, berarti menyimpang dari alur
perjalanan yang harus ditempuhnya. Lagi pula di alam kubur, tempat arwah
manusia pertama (Adam a.s.) dan seluruh ruh manusia yang telah mati berkumpul
di sana, bila ia ruh yang shaleh, maka ia akan merasakan nikmatnya alam kubur
dengan ditampakkan kepadanya gambaran keadaan syurga tempat ia kelak akan kekal
di dalamnya.
Sedangkan bila ia ruh kafir atau Muslim yang dosanya melebihi amal
shalehnya, ia akan merasakan adzab kubur dengan ditampakkan kepadanya gambaran
azab neraka jahanam yang kelak akan dirasakannya setelah kiamat terjadi.
Dengan kata lain, bila (ia) ruh hamba Allah yang saleh mustahil akan
meninggalkan kenikmatan alam kubur untuk kembali ke alam dunia. Sedangkan bila
(ia) ruh yang tidak shaleh, mustahil ia berpeluang lolos dari azab kubur untuk
kembali jalan-jalan di alam dunia. Jangankan di alam kubur bahkan pada saat
sakaratulmaut saja, ketika ruh akan bersiap-siap ke luar dari jasad
meninggalkan alam dunia, ruh orang-orang kafir dan orang-orang yang dosanya
lebih berat dibandingkan amal shalehnya sudah mulai merasakan azab Allah SWT.
Firman Allah SWT, "Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat sewaktu orang-orang
dzalim (berada) dalam tekanan sakaratulmaut sedang para malaikat memukul dengan
tangannya (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu." Pada hari ini
kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu
mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar." (Q.S. al-An'aam:
93).
Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir
seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): "rasakanlah olehmu
siksa neraka yang membakar" (Q.S. al-Anfaal: 50). Atau "Kepada mereka
ditampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat
dikatakan kepada malaikat: "Masukanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab
yang sangat keras." (Q.S. al-Mu'min:46).
Dalam hadits diriwayatkan, Rasulullah Saw memerintahkan para sahabat untuk
memasukkan jasad orang-orang musyrik yang mati dalam perang Badr ke dalam
sebuah lubang, lalu beliau berdiri di depan lubang tersebut sambil berseru
dengan menyebut nama-nama mereka: "Wahai Fulan putra Fulan, apakah kalian
sekarang telah mendapatkan kebenaran yang telah dijanjikan Allah Tuhan
kalian?" Sesungguhnya aku telah mendapatkan kebenaran yang telah
dijanjikan Allah Tuhanku."
Mendengar itu sahabat Umar berkata, "Wahai
Rasullullah bagaimana engkau berdialog dengan kaum yang telah manjadi
bangkai?" Rasulullah Saw bersabda, "Demi Allah yang telah mengutus
aku dengan kebenaran, sesungguhnya tiadalah kalian lebih mendengar dibanding
mereka akan apa yang aku ucapkan tadi. Hanya saja mereka tidak kuasa untuk
menjawabnya." (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dari hadits tersebut di atas dapat disimpulkan, bila para arwah tersebut tidak
kuasa menjawab Nabi, padahal beliau orang yang paling mengerti dengan alam
ghaib, maka bagaimana mungkin ada manusia biasa yang dapat berkomunikasi dengan
arwah?
Jadi, bila yang terkadang disaksikan orang dalam kasus kesurupan itu tidak
mungkin arwah orang yang telah mati, maka lebih tidak mungkin lagi bila itu
malaikat hamba Allah yang dimuliakan Allah SWT yang suci dari
perbuatan-perbuatan yang tidak diridhai Allah SWT, "Mereka itu tidak
mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan
perintah-perintah-Nya." (Q.S. al-Anbiyaa: 27).
Oleh karena itu, yang mungkin terjadi dalam kasus kesurupan adalah ulah syaitan
dari jin yang senantiasa bersaing dengan malaikat untuk menjadi Qarin (teman
pendamping) manusia. Rasulullah Saw bersabda, "Tidak ada seorang manusia
pun bersamanya syaitan." (H.R. Muslim). Firman Allah SWT, "Berkata
"Qorin" (yang menyertai) dia, "Ya Allah Tuhan kami, aku tidak
menyesatkannya, tetapi dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh."
(Q.S. Qaaf: 27).
Maha benar Allah dengan segala firman-Nya. Wallahu a'lam bish-shawab.
Posting Komentar