INDEKS pembangunan manusia yang diukur dari angka harapan hidup "melek huruf" rata-rata lama sekolah dan pengeluaran per kapita riil penduduk Indonesia menduduki ranking ke 108 dari 177 negara di dunia.
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Meutia Hatta Swasono pada
Seminar Meperingati Hari Keluarga Nasional (Harganas), di Jambi, Sabtu,
mengatakan saat ini perlu dibangun komitmen bersama mengenai
langkah-langkah strategis untuk memberdayakan dan mensejahterakan
Bangsa Indonesia.
Hasil survei menunjukkan penduduk perempuan umur 10 tahun ke atas di
Indonesia yang mampu membaca dan menulis sekitar 77,7 juta jiwa, atau
49 persen, sementara penduduk laki-laki lebih tinggi sebanyak 82,1 juta
jiwa, atau 51 persen.
Penduduk perempuan umur 10 tahun ke atas yang buta aksara sekitar 8,6
juta jiwa (67 persen) dan penduduk laki-laki 4,3 juta jiwa (33 persen),
sementara rasio angka partisipasi murni (APM), perempuan rata-rata per
tahun dalam kurun waktu 2003-2006 sebesar 99,4 persen, kondisi itu
menunjukkan penurunan dibanding rata-rata dalam kurun waktu 1992-2000
sebesar 100,6 persen.
Hal serupa juga terjadi pada SMP/MTs yang juga menurun dari 104,2
persen menjadi 100 persen, hal itu disebabkan meningkatnya jumlah siswa
perempuan yang meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,
meskipun jenjang pendidikan dasar SD/MI dan SMP/MTs rasio APM-nya
bertahan pada angka 100 peren.
Di bidang kesehatan, angka kematian ibu melahirkan (AKI) tercatat 307
per 100.000 kelahiran hidup, dan itu merupakan angka yang relatif
tinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN yang lain.
Untuk itu upaya pemberdayaan perempuan di Indonesia perlu lebih
ditingkatkan, antara lain melalui peningkatan pendidikan, kesehatan,
ekonomi, partisipasi politik kaum perempuan, serta menciptakan kondisi
sosial dan lingkungan yang kondusif. (ANT)
Posting Komentar