Haul Buntet, atau yang “nama lengkap”nya adalah Haul Almarhumin Sesepuh dan Warga Pondok Buntet Pesantren ternyata merupakan sebuah tradisi yang merentang dalam waktu yang sangat panjang, Haul Buntet sudah diadakan pada masa kepemimpinan Pondok berada di tangan Kiai Abdul Jamil. Kita sudah sama-sama mafhum kalau Pondok Buntet Pesantren didirikan oleh Kiai Muqoyyim yang kemudian kepemimpinannya dilanjutkan oleh Cucu Menantu Beliau yaitu Kiai Raden Muta’ad, sedangkan Kiai Abdul Jamil adalah putra dari Kiai Muta’ad. Dengan kata lain, Haul Buntet sudah ada sejak generasi ke 3 Buntet.
Mengenal Haul suatu Pesantren berarti juga mengenal para Ulama Perintis yang memiliki dedikasi dan semangat juang tinggi untuk Pesantren tersebut. Mengenal Haul Buntet tentu tidak terlepas dengan mengenang para pendiri, para perintis Buntet Pesantren, merekalah Guru-guru Kita, Kakek-kakek Kita yang telah mengorbankan banyak hal demi dakwah islam lewat Pondok Buntet Pesantren.
Kiai Muqoyyim memiliki seorang menantu yang tak lain adalah Muridnya yang paling “cemerlang” yaitu Raden Muhammad. Dari pernikahan Raden Muhammad dan putri Kiai Muqoyyim didapat keturunan yaitu Nyai Ratu Aisyah yang kemudian dipersunting oleh Kiai Raden Muta’ad bin Kiai Raden Muridin.
Kiai Muta’ad yang tak lain cucu menantu dari Mbah Muqoyyim lah yang kemudian kembali menghidupkan kegiatan pesantren di Buntet. Beliau mempunyai beberapa Putra, Putra tertuanya adalah Kiai Barwi yang menikah dan tinggal di Jawa Timur, Adik dari Kiai Barwi adalah Kiai Soleh Zamzami yang mendirikan Pesantren Benda Kerep, Kota Cirebon. Kiai Sulaiman, putra Mbah Muta’ad selanjutnya setelah Kiai Soleh Zamzami, wafat mendahului Abahnya. Singkatnya, pasca wafatnya Mbah Muta’ad, Putra tertua yang “ada” di Buntet adalah Kiai Abdul Jamil, Beliau lah yang kemudian mendapat amanah untuk memimpin Pondok Buntet Pesantren.
Dalam mengembangkan Pesantren, Kiai Abdul Jamil bahu membahu bersama para adiknya, yaitu Kiai Abdul Mun’im, Kiai Abdul Mu’thi, Kiai Tarmidzi, dan juga bersama sepupunya yaitu Kiai Muktamil dan Kiai Abdullah serta bersama Kakak Iparnya, yaitu Kiai Kriyan. Pada periode ini banyak hal yang menjadi prioritas dari mulai pengadaan Kitab, pengiriman santri-santri terbaik ke beberapa pesantren, diberlakukannya Ngaji Pasaran setiap Bulan Ramadhan, penyelenggaraan Haul untuk mengenang jasa dan mendoakan Kiai Muqoyyim dan Kiai Muta’ad, dan lain-lain. Satu hal, yang akan kita soroti adalah inisiatif dari Kiai Abdul Jamil untuk mengadakan Haul yang ditujukan bagi dua ulama perintis Buntet Pesantren yaitu Mbah Muqoyyim dan Mbah Muta’ad. Kita jangan membayangkan Haul saat itu seramai dan semegah seperti Haul Buntet masa kini, Haul saat itu masih sangat sederhana yang mungkin masih terbatas untuk kalangan sendiri, tidak ada pejabat yang diundang karena memang kondisi saat itu yang merupakan masa penjajahan dan pejabat pemerintahan tentunya adalah orang-orang yang ditunjuk oleh penjajah sedangkan sikap Buntet tetap konsisten untuk tidak kooperatif dengan Penjajah.
Putra tertua dari Kiai Abdul Jamil adalah Kiai Abbas, Beliaulah yang kemudian memimpin Buntet Pesantren selanjutnya. Di masa kepemimpinan Kiai Abbas, pecah perang dunia II. Termasuk bagian dari perang tersebut  adalah perang Asia-Pasifik, karena itu Indonesia menjadi salah satu medan perang yang diperebutkan oleh ke dua pihak yang tengah berperang, yaitu Jepang dan Sekutu.  Kiai Abbas kemudian tampil menjadi salah satu “motor” dari gerakan perjuangan tanah air untuk merebut kemerdekaan. Bersama dengan jejaring pesantren Tanah Air, Beliau mengobarkan semangat juang dengan berbagai cara, dari mulai pendidikan, Resolusi Jihad, dan upaya-upaya lainnya. Salah satu upaya yang beliau tempuh untuk mengobarkan semangat juang adalah lewat Haul. Bersama adik-adiknya yaitu Kiai Anas, Kiai Ilyas, Kiai Akyas, dan Kiai Ahmad Zahid, mereka mengadakan Haul dengan tujuan tidak hanya meng’Haul’i Mbah Muqoyyim dan Mbah Muta’ad (seperti Haul di masa Kiai Abdul Jamil) tapi juga seluruh Kiai dan warga Buntet Pesantren yang telah wafat tentunya termasuk abah mereka yaitu KH. Abdul Jamil. Menurut KH. Hasanudin Kriyani,  putra-putra dari KH. Abdul Jamil pertama kali menyelenggarakan Haul pada tahun 1921, hampir satu abad yang lalu. Pada waktu itu, haul juga digunakan sebagai wahana untuk terus menjaga idealisme bahwa Mbah Muqoyyim mendirikan Buntet Pesantren karena tidak ingin kooperatif dengan penjajah dan idealisme itu akan terus dijaga oleh para penerusnya yaitu Mbah Muta’ad dan Kiai Abdul Jamil sehingga itu sangat relevan untuk membangkitkan semangat juang pada masa itu demi mengusir penjajah.
Suasana Pengukuhan Panita Haul Buntet 2014
Sejak Haul di masa kepemimpinan Kiai Abbas tersebut dan sampai sekarang, Haul Buntet bertajuk “Haul Almarhumin Sesepuh dan Warga Pondok Buntet Pesantren”. Sejarah singkat tentang Haul di atas disampaikan oleh Kiai Adib Rofiuddin, Ketua Yayasan Lembaga Pendidikan Islam Buntet Pesantren pada acara pengukuhan Panitia Haul Almarhumin Sesepuh dan Warga Pondok Buntet Pesantren yang berlangsung pada Sabtu Malam, 21 September 2013 di Gedung Guest House. Kiai Adib bercerita bahwa kisah tentang Haul Buntet ini Beliau dapatkan langsung dari salah seorang putra dari Kiai Abdul Jamil, yaitu Kiai Ahmad Zahid yang tak lain adalah Kakek Beliau. Di akhir cerita, sambil berkelakar, Beliau mengatakan bahwa kita tidak akan menemukan Haul yang seperti Haul Buntet di pesantren manapun, baik di Indonesia bahkan seluruh Dunia, Ga percaya? Ayo kita buktikan!
Kiai Adib berujar “Haul di Buntet tidak hanya mendoakan para Sesepuh, tidak hanya mendoakan para Kiai, tetapi juga mendoakan seluruh Warga Buntet Pesantren, karena itu Haul adalah hajat seluruh Warga Pondok Buntet Pesantren, dan tugas kita bersama untuk menjaga dan melestarikannya.”
Pada acara pengukuhan tersebut, Kang Agus Nasrullah selaku Ketua Panitia Haul Buntet 2014, memohon doa dan dukungan dari semuanya agar Haul Buntet 2014 ini berjalan lancar dan sesuai harapan serta para Panitia mampu menjalankan amanah ini dengan Ikhlas sesuai pesan Sesepuh, Kiai Nahdudin Royandi Abbas. Beliau juga menyampaikan bahwa berdasarkan kesepakatan Para Kiai dan Pengurus Yayasan, Haul Buntet tahun 2014 insya Allah diadakan tanggal 5 April 2014, hanya beberapa hari sebelum penyelenggaraan Pemilu Legislatif.
Menanggapi pernyataan dari Kang Agus, Kiai Adib dalam sambutannya selain bercerita tentang sejarah Haul Buntet, beliau juga mewanti-wanti kepada semua yang hadir bahwasanya Buntet tidak pernah menentukan sikap untuk mensukseskan salah satu pihak dalam Pemilihan Umum termasuk dalam Pemilihan Bupati Cirebon yang sebentar lagi akan diselenggarakan.
Haul Buntet telah melakukan perjalanan yang panjang dari zaman Kiai Abdul Jamil hingga sampai di masa kita, kita lah yang akan membuat perjalanannya akan terus berlangsung sejauh mungkin, sampai tiba di anak-cucu kita.

Mohammad Arief Rizqillah

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama