Suasana Pelepasan Calon Jamaah Haji KBIH YLPI Buntet Pesantren 2013 |
“Itu..itu,” sahut Sufi Jadzab menunjuk ke arah televisi,”Orang di TV itu bilang kalau amaliah ibadah haji Jama’ah Indonesia tertolak karena menambah-nambah amalan yang tidak dicontohkan Rasulullah Saw. Huh u hu, kasihan saudara-saudaraku yang sudah susah-payah ibadah ternyata amaliahnya ditolak. Bukan hanya sat orang, tapi 240.000 orang tertolak semua. Hu hu hu.., Tuhan sungguh tidak adil, orang ibadah susah-payah kok ditolak-tolak.”
“Kurang ajar, apa orang di TV itu sudah konfirmasi kepada Tuhan berani-beraninya memastikan amaliah ibadah orang ditolak atau tidak?” seru Roben diikuti teriakan marah Marholi, Niswatin, Daitrya, Mullberrie, dan Azumi.
“Tenang..tenang dulu,” sahut Sufi Sudrun menenangkan,”Jangan emosi mendengar tangisan Mbah Kasyful Mahjub. Sebaiknya, kalian lihat siaran ulang tayangan Khazanah yang kita rekam,” lanjut Sufi Sudrun memutar ulang hasil rekaman program khazanah.
Pembacaan Sholawat pada Tradisi Naik Haji |
Semua yang dilakukan jama’ah haji Indonesia memang berbeda dengan jama’ah haji dari Negara lain. Yang pasti dalam satu hadits yang diriwayatkan Bukhari, dikisahkan Rasulullah Saw bersabda,”Bahwa siapa yang mengada-adakan amalan (yang tidak pernah aku jalankan), maka amalannya tertolak.”
“Menurutku pandangan Mbah Sufi Jadzab tidak salah,” sahut Roben dengan suara ditekan mengomentari,” Karena aku pun berpikir, tayangan itu dengan cara ‘halus’ ingin mengajukan pandangan bahwa amaliah jama’ah haji Indonesia ketika menunaikan ibadah haji adalah amaliah bid’ah yang tidak dicontohkan Rasulullah Saw, sehingga tertolak. Wahabi selalu mengulang-ulang dalil yang sama yang dipungut dari Hadits Bukhari dan Muslim: “Setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat; barangsiapa yang di dalam agama kami mengadakan sesuatu yang tidak dari agama ia tertolak.” Ya dalil itu yang terus menerus diputar ulang.”
Mengantar Pesawat sampai Take Off |
“Sudah Ben, sudah, gak usah terlalu jauh nanggapi Wahabi dengan hujjah-hujjah, “sahut Marholi ketawa,”Kita putar ulang saja rekaman khazanah ini. Nanti pada bagian tertentu akan kita ulang-ulang sampai kita faham.”
Rekaman tayangan program khazanah diulang. Dan saat sampai pada narrator melafazkan doa “Allahumma ja’ala hajjan mabrura wa sya’ban maskurah’ dihentikan dan diulang sampai tiga kali. Seketika Roben, Niswatin, Daitya, Mullberrie, dan Azumi berseru serentak,”Itu bid’ah super dhalalah.”
“He bagaimana kalian menyebut ucapan narrator itu bid’ah super dholalah?”
“Dia mengubah redaksi doa ‘Sa’yan masykurah’ menjadi ‘Sya’ban maskurah’. Itu bid’ah super dholalah, karena kata “sa’yan’” dengan kata “‘sya’ban” sangat jelas bedanya. Lagi pula kata “Sya’ban” tidak ada hubungannya dengan doa haji,” sahut Daitya mewakili teman-temannya.
“Ada lagi yang super bid’ah,” sahut Marholi.
“Apa itu?” seru Roben dan Azumi ingin tahu.
Marholi memutar bagian ibadah “thawaf wadah” dua kali. Roben, Niswatin, Mullberrie, Daitya, dan Azumi pun serentak berseru,”Itu juga bid’ah maha dholalah. Karena dalam Islam tidak ada istilah “thawaf wadah” yang ada adalah thawaf wada’. Nah kalau thawaf wada’ diganti menjadi thawaf wadah, wadahnya apa? Wadahnya pahala atau wadahnya dosa?”
Semua ketawa. Setelah gaduh sebentar oleh gelak tawa, Sufi Sudrun berkata,”Jadi kalian tidak perlu menanggapi serius semua yang disampaikan orang Wahabi. Soalnya, makraj dan tajwid mereka saja sudah payah. Narratornya pasti tidak secuil pun faham nahwu sharaf apalagi balagha. Jadi kalau kualitas orang seperti itu menyampaikan kebenaran agama dengan didasari semangat ‘ana khoiru minhu’ al-Iblisi, kisruhlah yang terjadi.”
Sufi Jadzab ketawa mendengar penjelasan Sufi Sudrun. Niswatin, Roben, Marholi, Daitya, Mullberrie, dan Azumi pun ikut ketawa seperti melihat tayangan humor.
Oleh Agus Sunyoto, Budayawan NU yang dimuat di http://www.pesantrenglobal.com/banyak-bidah-jamaah-haji-indonesia-amaliahnya-tertolak/
izin copas
BalasHapusPosting Komentar