![]() |
| Foto bersama seusai acara (22/11) |
FORSILA BPC Jakarta Raya bekerjasama dengan Komite Internasional
Palang Merah (ICRC) menggelar bahtsul masail dengan tema Tantangan Baru
Urusan Kemanusiaan Kontemporer di Hotel Metland, Cirebon, Jum’at sampai
Minggu (20-22/11).
Acara ini membahas masalah-masalah kemanusiaan terbaru dengan
landasan hukum Islam, hukum nasional, dan hukum humaniter internasional. Di antara masalah yang diajukan adalah apakah
bencana asap yang terjadi baru-baru ini perlu ditetapkan sebagai bencana
nasional atau tidak; bolehkah melakukan pembakaran terhadap tawanan perang, ini
didasarkan pada pembakaran pilot pesawat tempur Yordania Muats al-Kasasbeh oleh ISIS,
dan sebagainya.
Seluruh peserta yang hadir adalah intelektual
muda Nahdlatul Ulama dari berbagai daerah, seperti Jakarta, Cirebon, Semarang,
Yogyakarta, dan Jombang. Para peserta ini mewakili perguruan tinggi baik
sebagai dosen maupun mahasiswa, pesantren, organisasi badan otonom NU seperti
IPPNU dan LBM NU, maupun lembaga kajian. Dari 30 peserta yang hadir, lima di
antaranya adalah perempuan.
Para peserta dibagi ke dalam lima kelompok.
Masing-masing kelompok membahas dua masalah yang nanti dipresentasikan untuk
dimusyawarahkan bersama dengan peserta lainnya. Sebelum membahas masalah yang
diajukan oleh panitia dengan teman-teman kelompoknya, para peserta diberikan
materi pengenalan ICRC yang disampaikan oleh Novriantoni Kaharudin, asisten
penasehat regional ICRC untuk urusan kemanusiaan. Acara kemudian dilanjutkan
dengan pemutaran film dokumenter bagaimana ICRC di tengah masyarakat dunia.
Mengawali pertemuan hari terakhir, para
peserta dibekali hubungan hukum Islam dengan Hukum Humaniter Internasional yang
disampaikan oleh Zezen Zainul Muttaqin, salah satu asisten penasehat regional
ICRC untuk urusan kemanusiaan. Selain itu, hadir pula Ulil Absar Abdalla,
intelektual muda Nahdlatul Ulama, memberikan beberapa pemikiran ulama klasik
tentang hukum humaniter internasional.
Guyonan khas ala santri selalu muncul di
tengah pembahasan bahkan sejak awal mula acara dimulai. Hal ini membuat bahtsul
masail tersebut begitu sejuk. Tidak ada saling gontok-gontokan adu pendapat,
merasa paling benar, ataupun berebut bicara.
Sebelum acara usai, seluruh peserta dan pembicara diminta untuk mengisi kuisioner tentang acara bahtsul masail ini. Ulil Absar Abdalla sebagai pembicara menyatakan harapannya bahwa jaringan para peserta ini tetap terjaga untuk program selanjutnya.
"Need to maintain the network of all participants of the workshop for future project", tulis Ulil di kolom sugestion and recommendation pada ICRC Program Questionnaires.
Acara ini ditutup oleh Ulil Absar Abdalla
dengan melantunkan salawat Nariyah dengan menggunakan langgam Jawa.

sukses selalu :)
BalasHapusSemangat pagii .. semangat menjalankan aktivitasnya
BalasHapusSenang berkunjung ke halaman Anda ^^
BalasHapusPosting Komentar