“Saat di Buntet, Belajar Buka Gembok dengan Wirid”
Peran Kiai Ridwan Abdullah dalam perkembangan Nahdlatul Ulama sudah tidak diragukan lagi. selain ikut serta mendirikan dan menciptakan lambang NU, Kiai Ridwan juga terus berkhidmah di masyarakat dengan para kiai yang lainnya. 
Selain Kiai Ridwan Abdullah, masih banyak alumni Pondok Buntet Pesantren lainnya, yang memiliki peran penting dalam perkembangan Bangsa, Negara dan Nahdlatul Ulama, diantaranya adalah KH. Wahib Wahab. Mantan Menteri Agama ke-8 ini pernah menjadi Santri Buntet dibawah asuhan Kiai Abbas Abdul Jamil.
Kiai Wahib Wahab merupakan putera pertama dari salah satu pendiri Nahdlatu Ulama yaitu  Kiai Wahab Hasbullah, hasil pernikahannya dengan Nyai Khodijah puteri Kiai Musa dari Surabaya. Kiai Wahib lahir pada tahun 1916 dan dikabarkan ia memiliki dua orang adik yang meninggal semasa kecil.
Ia memulai pendidikannya di di Pondok Pesantren Bahrul ulum Jombang yang diasuh oleh ayahnya. Kemudian, ia keliling belajar di beberapa pesantren di Jawa Timur hingga Jawa Barat. Beberapa pesantren yang disinggahinya untuk menuntut ilmu yaitu Pesantren Seblak Jombang, Pesantren Mojosari Nganjuk, Pesantren Kasingan Rembang dan Pesantren Buntet Cirebon.
Kiai Wahib saat mudanya dikenal “nakal”, banyak tingkah nyeleneh yang disebabkan kenakalannya tersebut. Salah satunya saat Kiai Wahib tidak menampakkan dirinya selama beberapa hari. Setelah diselidiki, ternyata dia mengikuti salah satu group ludruk yang sedang melakukan pementasan dibeberapa daerah di Jawa Timur.
Kenakalan yang dimiliki oleh Kiai Wahaib juga disampaikan oleh Kiai Mustamid Abbas yang tidak lain adalah putera kiainya ketika mesantren di Buntet Cirebon yaitu Kiai Abbas Abdul Jamil. Menurut Kiai Mustamid, Kiai Wahib ketika mesantren di Buntet lebih senang untuk belajar ilmu kanuragan dibandingkan untuk belajar ilmu agama ataupun kitab-kitab kuning. Saat itu, Wahib justru lebih senang mempelajarai bagaimana cara membuka gembok lemari yang terkunci, dengan menggunakan amalan wirid dan bacaan-bacaan lainnya. Bahkan, Kiai Mustamid melihat sendiri bagaimana gembiranya Kiai Wahib saat berhasil melakukannya.
Walaupun terlihat susah diatur, namun teman seangkatannya dulu, menganggap Kiai Wahib merupakan sosok yang cerdas, dermawan dan memliki rasa toleransi yang cukup tinggi.

Menurut KH. Amiruddin Abkari, banyaknya putera dari ulama-ulama besar yang dipesantrenkan di Buntet, karena mereka diminta oleh orangtuanya, untu belajar tentang bagaimana para Kiai Buntet dalam mengayomi masyarakat. 

KH. Amir menjelaskan, Pondok Buntet Pesantren berbeda dengan pesantren lainnya. karena pesantrennya lebih dulu ada dibandingkan dengan pedukuhannya. lokasi antara masyarakat dan santripun tidak memiliki sekat, sehingga para santri bisa melihat langsung para Kiainya, ketika sedang membimbing masyarakat dan ngeladeni  masyarakat.

" Kebanyakan, para tokoh besar yang mondok di Buntet, karena mereka disuruh belajar cara meladeni masyarakat dari Kiai Buntet," ujar Kiai Amir.

Kiai Wahib merupakan salah satu sosok pemuda NU saat itu, yang memiliki peranan besar dalam perkembangan NU. Bukan hanya pernah berkiprah di pemerintahan sebagai Menteri Agam saja, melainkan Kiai Wahib juga terlibat di organisasi kepemudaan NU dan kepengurusan NU di luar negeri.
Beberapa jabatan yang pernah dipegang oleh KH. Wahib Wahab diantaranya adalah :

1. Anggota DPR.
2. Menteri Penghubung Sipil Militer.
3. Menteri Agama Kabinet Kerja I & II, 1959-1962.
4. Ketua Departemen Penerangan Ansor di Surabaya, 1949.
5. Ketua Umum GPII Jombang, 1942.
6. Ketua I Pengurus Departemen Siasat PP GP Ansor, 1959.
7. Ketua Pertanu (Persatuan Tani Nahdlatul Ulama).
8. Pembentuk kepengurusan perwakilan/cabang NU dan Ansor di                               Singapura, Malaysia, Kamboja dan Saigon (Vietnam).
9.  Komandan PETA (pembela tanah air), 1942- .
10.  Panglima Hizbullah Divisi Sunan Ampel Jawa Timur.

Beberapa hasil keinerjanya saat menjabat sebagai Mentri Agama yang ke-8 diantaranya adalah :
1.      Pembangunan gedung Departemen Agama pada tahun 1958, yang penggunaannya saat Menteri Agama dijabat oleh KH. Saefuddin Zuhri
2.      Pendirian Masjid Istiqlal, yang pada masa KH. Wahib menjabat sebagai Menteri Agama, dilakukan pemasangan tiang pancang pertama pembangunan pada tahun 1960.
3.      Pembentukan Institute Agama Islam Negeri (IAIN) pada tahun 1960. Sebelumnya, Departemen Agama memiliki dua macam perguruan tinggi, yaitu Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) di Yogyakarta dan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA). Dengan peraturan tersebut, PTAIN dan ADIA ditransformasikan menjadi IAIN.

1 Komentar

  1. assalamualaikum
    ada data tertulis gkk mengenai mbah yai wahib wahab..?

    BalasHapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama