
Dalam mauidzahnya, Kiai Adib
meyakinkan hadirin tentang adanya keberkahan. Sahabat Khalid bin Walid, kata
kiai yang juga mustasyar PBNU ini, setelah Rasul dipundut (baca: wafat), selalu
menyelipkan rambut Kanjeng Nabi pada penutup kepalanya saat peperangan supaya
menang.
Imam Syafi’I pun pernah mengalap berkah baju muridnya, Imam
Hambali. Setiba mengantarkan surat, Imam Syafii bertanya kepada Syaikh Rubai’,
“kamu dapat apa dari Imam Hambali?”
“Saya dapat baju yang sedang beliau kenakan saat menerima
suratnya,” jawab Syaikh Rubai’.
“Seharusnya baju itu milikku. Tapi sudah menjadi hakmu. Maka aku
minta kepadamu untuk mencuci baju tersebut. Silakan bajunya kamu bawa dan air
bekas cuciannya saya minta,” terang Imam Syafi’I pada santrinya itu.
Itu dua di antara beberapa kisah yang beliau ceritakan sebagai
bentuk ngalap berkah. Oleh karena itu, beliau berpesan kepada seluruh
alumni Buntet untuk ngalap berkah dengan selalu menjaga silaturahim
dengan para guru.
“Tidak seminggu sekali, ya sebulan. Kalau tidak ya minimal setahun
sekali”, ujar salah satu mustasyar PBNU tersebut.
Dalam sambutannya sebagai Ketua Umum IKLAB, K.H. Masrur Ainun Najih
menjelaskan bahwa IKLAB ini dibentuk salah satu tujuannya adalah untuk saling
bersinergi dan membantu satu sama lain.
K.H. Masyhuri Mukhtar selaku tuan rumah bersyukur tempatnya dipilih menjadi tempat silaturahim halal bi
halal meski tak menyangka karena intensitas beliau dalam mengikuti kegiatan
tidak seperti alumni lainnya. Menurutnya, beberapa kiai Buntet telah mberkahi
(baca: berkunjung) ke tempatnya beberapa tahun silam, seperti Kiai Mustamid
Abbas dan Kiai Abdullah Abbas. Para sesepuh Buntet sangat mengapresiasi
kesungguhan Kiai Masyhuri, meskipun dirinya telah belajar di Makkah dan
Madinah, tetapi sedia dan setia mengajari masyarakat bawah dari nol atau pendidikan berupa dasar-dasar keagamaan.
Dulu, katanya, tempat yang ditinggalinya sekarang itu sangat pelosok
dan terpencil. Bahkan sampai Kiai Mustamid tak percaya bahwa tempat tersebut
masih dalam wilayah Jakarta. Tetapi dengan berkah para masyayikh, beliau sudah
mendirikan yayasan sendiri dan aksesnya pun sangat baik.
Sebelum acara ditutup dengan doa oleh Kiai Adib, beberapa alumni
menyampaikan testimoni, pengalaman saat mondok di Buntet, yakni K.H.
Abdurrahman Masduqi, Ust. Ichsan, dan Ust. Saeful Bahri.
Posting Komentar