![]() |
Nadya Hidayah (kiri) saat dikukuhkan sebagai pengibar bendera oleh KBRI Islamabad (2016) |
Es buah dan kolak menjadi dua hal yang paling dirindukan oleh Nadya
Hidayah tatkala berpuasa di Pakistan. Pasalnya, ia tak bebas menemukan dua
makanan itu sebagaimana di Indonesia.
Nadya juga tak menemukan makanan khusus yang hanya atau sering disediakan
di bulan Ramadhan. “Enggak ada makanan khas. Makanan biasa dimakan tiap
hari,” ujarnya kepada Media Buntet Pesantren, Kamis (31/5).
Masakan di sana, menurut Nadya, kebanyakan kari dan kebab. Chicken
karahi dan qema adalah dua di antaranya.
Kesabaran ekstra memang harus diemban masyarakat Indonesia di sana.
Selain karena faktor di atas, hal lain yang mengharuskan kesabaran yang ekstra
adalah puasanya yang tiga jam lebih lama dari puasa di Indonesia, tepatnya 15
jam. Demikian itu diperparah dengan suhu yang mendekati 50 derajat celsius.
“Musim panas di sana panas sekali. Suhu nya sampai 40° lebih,”
katanya kepada Media Buntet Pesantren, Jumat (1/6).
Nadya menceritakan bahwa masyarakat Pakistan saban sore juga ngabuburit
dengan mencari makanan. Tetapi, katanya, mereka tidak berbuka bersama di tempat
tertentu seperti di Indonesia. Mereka lebih gemar berbuka di rumah. Sementara
ia setiap minggu buka bersama di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI).
“Kalo saya tiap minggu ada bukber di KBRI bareng orang-orang Indonesia
yang tinggal di sana,” kata alumni Pondok Pesantren Al-Istiqomah, Buntet
Pesantren, Cirebon, itu.
Setiap tahun, kata Nadya, KBRI mengundang pelajar dan masyarakat
Indonesia yang berada di Pakistan untuk buka bersama. Menurutnya, itu dilakukan
untuk meningkatkan kebersamaan.
![]() |
Nadya Hidayah bersama rekan-rekannya di Masjid Faisal |
Di sana, perempuan yang pernah mengenyam studi di ASAS International
School Islamabad itu bertarawih sebanyak 20 rakaat ditambah witir tiga rakaat
setiap malamnya. Perempuan di sana hampir tidak ada yang berjamaah di masjid. Hanya
Masjid Faisal, masjid yang dibangun oleh Raja Faisal Arab Saudi (1968), yang
menerima jamaah perempuan.
Para pelajar dan masyarakat Indonesia, terang Nadya, biasanya
beriktikaf di masjid KBRI untuk menghabiskan 10 hari terakhir Ramadhannya.
(Syakir NF)
Posting Komentar