H. Deni Danuri, Pak Jauhari dan Kang Anas Arsyad saat bertemu sebelum acara.

Oleh: Muhammad Kurtubi

Dalam sejarah silaturahmi yang melibatkan ratusan orang warga Buntet Pesantren di perantauan, maka peristiwa pada Minggu, 16 Maret 2008 patut mendapat catatan khusus. Sebab disamping dihadiri ratusan orang dari berbagai lapisan profesi, beberapa kali silaturahmi yang digagas oleh orang-orang Buntet selama ini belum pernah hadir sebanyak itu.

More...

Tenda hijau daun menghiasi jalan Rasamala Raya yang menghubungkan antara Jalan Gatot Subroto dan Tebet Barat Dalam. Pagi itu saya saya pun ikut menghadiri acara ini. Pagi itu,  masih sekitar pukul setengah sembilan, namun di bawah tenda mewah itu sudah tertata rapih kursi berwarna merah berjejer memenuhi jalan Rasamala, depan kantor CBC. Ketiak masuk memasuki halaman kantor, kursi sudah dipenuhi oleh tamu-tamu yang datang lebih awal. Ada rombongan dari Ciputat, ada yang dari Tanjung Priok dan lain-lain.

 

Pukul 9 tepat, acara dimulai. Masing-masing hadirin berkumpul di samping kantor. Rupanya, sohibul bait sudah mengantisipasi, sebab acara hataman quran yang biasanya dilaksanakan di dalam kantor rupanya tidak mampu menampung tamu sebanyak itu. Para wanita dan anak-anak menempati kursi-kursi yang sudah tertata rapih di bawah tenda hijau di luar kantor, sedangkan anak muda dan orang tua laki-laki memasuki ruang acara.

 

Sebelum acara dimulai, para tamu lain berdatangan dan langsung menempati ruang acara. Tidak disangka-sangka ada pula seorang tamu yang spesial di pagi itu. Ia adalah Drs. H. Ahmad Jauhari, menurut KH. Anas Arsyad, beliau bersedia datang, pada pertemuan alumni Buntet Pesantren dari Kantor Departemen Agama RI, meskipun ada tugas di tempat lain. Oang Buntet hampir semuanya menganal Kang Jauhari yang pernah menjabat sebagai Biro Kepegawaian di Depag RI.

 

dzikromaulidinnabi-008_resize.jpgSetelah Pak Jauhari dipersilahkan duduk, Ust. H. Najmuddin Muzayyin, menyampaikan prakata sekaligus menjadi protokol acara Dzikro Maulidin Nabi saw.

 

Tepat pukul 9.00 WIB acara dimulai. Selanjutnya Kang Mudin memeberitahuan isi acara pada hari itu.

"Mari kita isi diisi acara hari ini dengan Hataman quran 30 juz, masing-masing yang memegang al quran dipersilahkan membacanya, dan bagi yang tidak memegang al quran dimohon membaca surat Al Ikhlas dan berhenti saat pembaca quran berhenti. Setelah hataman quran, akan dilanjutkan dengan pembacaan syair barzanji, yang akan dipimpin oleh Ust. H. Ifroyim, Ust. Syahid, S.Ag. dan Drs. Jaelani."

Di samping itu, acara silaturahmi ini sebagai bagian dari menyambut Maulid Nabi Muhamamd saw sekaligus sebagai forum kangen-kangenan antara saudara di perantauan. Bayangkan sudah hampir puluhan tahun kita tidak bertemu maka kesempatan ini sangat baik untuk saling bersilaturahmi. Tutur kang Mudin sekaligus membuka acara dengan ummul kitab.

 

H. Deni Danuri, shohibul bait acara iniTujuan Acara
Akhirnya pertanyaan saya terjawab maksud dan tujuan dari acara di pagi Ahad itu. Sebab H. Deni Danuri, sebagai shohibul bait melontarkan maksud dan tujuan dari acara tersebut. Sebelumnya saat saya bersalaman dengan H. Deni, ditanyakan kepada beliau mengapa mengundang orang-orang Buntet sebanyak ini dan untuk tujuan apakah gerangan. Saat itu H. Deni tidak sempat menjawab karena tamu-tamu berdatangan dan menyalaminya.

 

"Saya memiliki sejarah yang baik dengan Buntet Pesantren dimana saya banyak belajar dengan KH. Abdullah Abbas, dengan Kang Anas Arsyad. Karenanya, dengan Buntet Pesantren saya sangat terkesan. Agaknya, hari ini saya sangat berbahagia sekali bisa berkumpul dengan Bapak-bapak dan ibu beserta keluarga berkenan hadir di sini." Kata H. Deni mengawali kata sambutan di depan hadirin.

 

Acara hari ini berkaitan pula dengan bulan maulid Nabi Muhammad saw. Kita berharap semoga "Nur Muhammad saw" yang luar biasa itu menjadi wahana untuk kita bisa terus mencintai perjuangan beliau dan tetap teguh memegang risalahnya dan tentu saja semoga kita bisa mendapatkan syafatnya di hari akhir nanti. Lanjut H. Deni mengahiri kata sambutan.

 

Drs. H. Ahmad JauhariPengalaman Unik
Setelah H. Deni menyampaikan maksud acara, giliran Pak Jauhari didaulut untuk memberikan pidato singkat. Oleh Kang Mudin sebagai pembawa acara dimintalah ia untuk memberikan sambutan. Tidak banyak yang disampaikan namun sangat berkesan sekali dimana beliau bercerita tentang pengalaman unik yang pernah dijalani selama menjadi biro kepegawaian di Depag RI.

 

"Saya memiliki dua orang yang sangat unik sebagai pembelajaran hidup.

 

Pertama, orang ini datang ke saya untuk meminta tolong agar dipindahkan jabatannya dari Kalimantan ke Jawa Tengah. Singkat cerita, orang ini saya tolong. Namun hingga bertahun-tahun tidak mengabarkan bagaimana kelanjutan proses setelah SK ditandatangani oleh saya. Minimal berterima kasih atau mengabarkan tugasnya sudah pindah atau apalah, namun ujug-ujug 4 tahun kemudian orang ini datang lagi ke Jakarta. Saya pikir mau mengucapkan terima kasih yang tertunda. Namun ternyata, ia datang hanya ingin meminta tolong kepada saya untuk kedua kalinya. Katanya, ia berkeinginan agar keluarganya diangkat menjadi pegawai negeri semua." Cerita pertama Kang Jauhari.

 

Orang tersebut saya tidak akan menyebut namanya, karena saya anggap berprilaku tidak baik. Ia hanya meminta terus, berterima kasih pun tidak. Kedua, saya ingin menyebut pegawai saya di kantor yang telah menemani tugas-tugas saya selama tujuh tahun. Namanya Joko. Orang ini tidak pernah sedikitpun mengeluh. Keloyalan kepada pimpinan ia tunjukkan kepada saya misalnya meskipun ada tugas di luar kantor ia dengan senang hati melakukannya walaupun harus mengantarkan dokumen ke rumah di luar jam kantor.

 

Yang menarik dari orang ini, kata kang Jauhari, ia tidak pernah meminta sesuatu pada saya. Suatu ketika saya ditegur oleh Allah SWT dimana saya berketatapan hati untuk menanyakan padanya.

 

"Joko, apakah kamu punya keluarga yang menjadi pegawai negeri?"

 

"Anu Pak, boten wonten."

 

"Loh, kenapa tidak kamu mintakan pada saya. Orang dari mana-mana meminta tolong pada saya agar masuk pegawai negeri, tapi kamu orang yagn saya anggap dekat dan bagus dalam tugas, tetapi tidak pernah meminta. Ada apa man?"

 

"Nganu Pak, saya malu"

 

"Ya sudah! nanti saya bantu. Seandainya ada "asobah" nanti saya bantu." kata kang Jauhari.

 

Perbanyak Ingat ketimbang Meminta
Dua pengalaman pegawai Depan yang unik ini, kang Jauhari sampaikan sebagai pelaran hidup bahwa manusia sebaiknya lebih banyak berkonsentrasi kepada tugas ketimbang meminta.

Hal ini berlaku kepada kita dalam hal berhubungan dengan Allah. Menurut kang Jauhari yang pintar menirukan dalang pada tiap ceramahnya, mengatakan bahwa jika manusia lebih banyak ingat kepada Allah, maka niscaya Allah swt akan memberikan balasan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan apa yang ia minta dalam doanya. Kata Kang Jauhari sembari melafalkan hadits yang dimaksud.

 

Hal yang menarik lainnya dari uangkapan Kang Jauhari adalah logika sederhana terhadap tugas dan tanggung jawab. Dimana menurut beliau, bangsa Indonesia khususnya umat Islamnya, masih banyak yang tidak memperdulikan tugas dan kewajibannya. Salah satu hal ajaran agama yang sering kali dilalaikan adalah masalah sholat. Katanya, tidak sedikit diantara kita apabila mendengarkan seruan adzan dianggap angin lalu saja padahal menurutnya, itu adalah panggilan dari Allah swt.

 

Bayangkan jika Pak Deni memiliki supir, sambil menatap Pak H. Deni. Seandainya supir itu ingin dibutuhkan tepat pada jam 8 pagi, namun tiba-tiba si supir bilang "natar dulu pak, tanggung nih saya sedang nonton bola." kata Kang Jauhari mencontohkan.

  

Maka apa yang terjadi dengan si supir bila majikan menginginkan tugasnya dikerjakan namun dilalaikan bahakn ditunda-tunda, tentu saja resikonya bisa dipecat dan tidak dianggap lagi sebagai supirnya. kata Kang Jauhari mengahiri ceramahnya.

 

Syahdu
Setelah ceramah Pak Jauhari, acara hataman dimulai, masing-masing membaca quran satu juz. Tampak dalam vedo, kang Ni (Drs. Jaelani) paling akhir karena bacaanya berbeda dengan jamaah lain yang lebih dulu selesai. Sebab yang lain membaca dengan bacaan cepat.

Satelah hataman selesai, doa hataman dipimpin oleh KH. Anas Arsyad dan pembacaan syair barzanji dilakukan bersama-sama dengan khusu dan antusias. Terlihat misalnya Kang Nur, pimpinan pondok pesantren Tapak Sunan di Condet Jakarta, begitu terlihat khusu bahkan beliaulah yang diminta kang Anas Arsyad untuk menutup bacaan syair barzanji.

 

dimanfaatkan untuk Reuni Kecil-kecilan dari kiri kanan (depan) Nurjannah dan Yuni Mir'ati; belakang Subhan, Ahmad Baehaqi, Muhamad Kurtubi dan Ahmad RoyandiReuni Kecil-kecilan
Bagi saya (M. Kurtubi), Baehaqi, Ahmad Royandi, Siti Nurjanah, Nuruddin, Subhan dan Yuni Mir'ati, kesempatan silaturahmi kemarin itu dimanfaatkan untuk bertemu. Kami sudah puluhan tahun tidak bertemu apalagi setelah merantau di Jakarta. Maka teman-teman sewaktu SD waktu di Buntet Pesatnren itu kini sudah tua-tua.

 

Karenanya, pertemuan itu sangat dinikmati sebagai bagian dari rasa untuk saling menyatukan kembali orang-orang sejenis. Akhirnya reuni kecil itu bisa sempat berfoto bersama. Maaf fotonya ikut terdokumentasikan di sini.

 

Karenanya, secara pribadi saya mengucapkan terima kasih kepada H. Deni dan Kang Anas Arsyad yang telah memberi kesempatan kepada orang-orang Buntet bertemu dan bersilaturahmi. Apalagi momen maulidan ini sangat tepat sekali. Ditambah dengan nuansa acara yang dikemas apa adanya tanpa rekayasa itu berjalan bagaikan air mengalir.

 

Akhirnya, tidak sia-sialah semangat H. Deni yang mengeluarkan biaya cukup besar untuk acara ini. Konon menurut sumber yang dipercaya, harga sewa tenda hijau mewah itu seharga 7 juta dan katering 12 juta. Itu belum terhitung sewa kursi yang jumlahnya ratusan dan biaya lain-lainnya. Semua itu semoga tidak sia-sia namun dengan keikhlasan dan semangat untuk berbagi, maka semoga mendapat balasan dari Allah swt. Juga semoga anak H. Deni yang tengah dirawat di Rumah Sakit Singapura selama dua minggu dan kini tengah menjalani perawatan jalan bolak-balik Singapura-Jakarta, semoga cepat sembuh. Amin.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama