Oleh: SantriBuntet
Namanya pikiran aneh, tidak perlu dihiraukan tapi cukup waspadaikeanehannya. Begini saat saya melihat penggilan padi, prosespenggilingan itu kira-kira sebagai berikut:
Padi gabah itu kan sebelum menjadi beras dia digiling terlebih dahulu dalam mesin. Coba bayangkan jika yang digiling itu hanya satu gabah, kan tidak mungkin. Karenanya, proses gabah menjadi beras itu meski bergerombolan. Mula-mula masuk di cerobong wadah, kemudian gabah-gabah itu bersama-sama saling menggencet diri mereka masing-masing. Baru pekerjaan genjet-menggenjet dalam ruangan mesin gilingan itu selesai, berasa yang sudah bersih putih mengkilap dan wangi itu keluar dengan bebas dan diap untuk dilahap.
Kalau begitu, setiap orang yang ingin menjadi “beras”, ya tentu sajatidak mungkin akan hidup sendirian. Sebab kalau sendirian akan tetapjadi gabah namun mersasa benar sendiri. Tidak ada yang mengoreksi,membantah apalagi menggencetnya.
Mencari ilmu pengetahuan sendirian pasti akan berbeda jikabareng-bareng dan bergerombol. Saudara saya pernah saat masuk perguruantinggi, ia tidak bisa belajar sendirian melainkan ia ajak sekitar 5orang untuk belajar bersama-sama menyelesaikan soal-soal yang akandiujikan di kampusnya.
Ternyata cespeleng! kawan-kawannya yang sendirian belajar banyak yang gagalditerima, sementara dia dan kelompoknya berhasil dengan mengagumkan.Ini berarti mirip team management, tim sepak bola, gang motor, simponi musik dan berbagai macam tim yang tergabung dalam organisasi apapun.
Dunia Blog saya kira sangat bagus untuk dijadikan sebagai saranauntuk memproses menjadi beras. Para penulis blog yang apa adanya, jujurdan semangat tentu saja akan bermanfaat jika dikoreksi, dibantah dll.Tetapi juga masing-masing saling mengoreksi dan tidak bisa merasamenjadi beras sendiri.
Jadi ternyata menjadi pintar, bijak di sana dan bijak di sini ,tidak perlu injak saja injak sini. Cukup belajar dari padi gabah. Jadiorang yang merasa tidak butuh dengan komunitas lain yang berbeda paham,beda idiologi, dan semacamnya, orang/golongan itu hanyalah gabah-gabahyang bergelenteran. Siapa sih yang mau makan gabah, paling-palingburung dara . Jadi benar bahwa keroyokan itu tidak selamanya jelak bukan… wallahu a’lam.
Bagaimana menurut sampean?
---------
Penulis adalah alumni MANU Buntet Pesantren 1988
Posting Komentar