masjid Oleh: Ivan Suhrowardi
Kampung pesantren bernama Buntet Pesantren pada hari-hari biasa sungguh rame dipadati pelajar dan para santri selain oleh penduduka asli. Namun pada musim liburan ini, dimana para santri yang sekolah formal tengah menikmati liburan. Otomatis Buntet makin sepi dalam bahasa Buntet adalah "sepi nyanyep".




Hal ini menyusul masa liburan akhir setelah kemarin para pelajar
Tasanawiyah dan Aliyah mengikuti Ujian Nasional. Beberapa santri masih
tetap bertahan untuk tidak pulang kampung karena masih betah dan malas
untuk pulang kampung.

Berdasarkan data pelajar yang ikut ujian dan lulus, maka Buntet
Pesantren meluluskan hampir semuanya. Hanya beberapa yang tidak lulus
hal itu dikarenakan tidak mengikuti ujian formal (nasional) ada pula
yang gagal karena meninggal dunia, seperti pelajar Madrasah Aliyah
Negeri.

Redaksi telah mengumpulkan data Peserta pendaftar Ujian Nasional.
Untuku Madrasah Tsanwiyah NU Putra 1 terdapat 79 peserta yang ikut
ujian. Kemudian 2 murid tidak mengikuti ujian karena tersangkut
administrasi. Sedangkan yang satunya  meninggal dunia. Sehingga total
yang mengikuti ujian dan semuanya lulus ada 76 anak.

Madrasah Tsanawiyah Putra 2 ada 125 peserta yang mendaftar ujian dan
yang dinyatakan tidak ada 3 siswa karena tidak mau mengikuti ujian
Nasional. Semuanya lulus 100%.

Adapun Madrasah Tsanwiyah Putri adalah 175 yang mendaftar dan hanya
satu siswi yang tidak lulus. Hal ini karena meninggal dunia.

Madrasah Aliyah NU Putra yang mendaftar sebanyak 63 siswa dan
dinyatakan lulus semuanya. Sementara Madrasah Aliyah Putri yang
mendaftar terdapat 50 siswa peserta ujian dan dinyatakan lulus semua.

Terakhir adalah Madrasah Aliyah Negeri yang mendaftar sebanyak 427
siswa dan 1 siswa yang dinyatakan tidak lulus seperti berita kemarin,
hal itu dikarenakan meninggal dunia.

Namun meski sepi, aktivitas pesantren masih tetap seperti semula. Para
kyai tetap membuka pengajian untuk para santri yang tidak pulang
kampung. Di samping itu,banyak warga Buntet Pesantren yang juga
mengikuti pengajian juga dari warga sekitar kampung pesantren.

Namun bila malam hari, kesenyapan itu terasa. Misalnya di asrama Al
Firdaus dan asrama Al Markazi yang terletak persis di depan pelataran
masjid Pesantren terasa sekali jika malam hari sepinya. Padahal
hari-hari biasanya, tempat itu sangat ramai oleh lalu-lalang santri
baik yang pergi ke masjid maupun untuk keperluan mencari makanan.
(Ivan)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama