Mendalami suatu ilmu ternyata ada dua; Ada ilmu dari Allah dan ilmu bersama Allah. Ilmu yang pertama, ilmu dari Allah telah banyak digelar dimana-mana. Cirinya adalah salah satu guru memberikan ilmunya baik dengan ceramah, diskusi atau tanya jawab. Tujuan ilmu ini adalah agar orang yang diajarnya mengerti agama. Satu lagi ada ilmu bersama Allah, ciri dari ilmu model ini adalah tidak membutuhkan kecerdasan para murid-muridnya. Yang dibutuhkan adalah keuletan, kesabaran, tawakal. Tujuan akhirnya adalah menempa orang-orang sabar, taqwa, tawakal dst. Ilmu model pertama bisa diwariskan sedangkan ilmu model kedua tidak bisa diwariskan.
Mengapa Berthariqah
Dalam sebuah hadits ahad diceritakan: Suatu ketika berkumpul berdua antara Nabi saw dan Shahabat Ali ra. Kw. Imam Ali berkata: “Ya Rasul, adakah jalan pintas menemui Allah?". Padahal sebenarnya Shahabat Ali kw pasti mengetahi banyak cara untuk menemui Allah: kerja karena Allah, Shalat Sunnah dan shalat wajib karena Allah, sedekah wajib atau sunnah karena Allah dan lain-lain. Itu merupakan contoh-contoh jalan menemui Allah. Tapi aneh mengapa ada pertanyaan “adakah jalan singkat menemui Allah”.
Kemudian Rasulullah saw menjawab singkat: “Ada!” Lalu pintu ditutup dan diberikanlah cara-caranya: ini, ini, ini. Dengan senangnya, Imam Ali kw memberi tahu cara yang baru saja disampaikan oleh Rasulullah saw kepada Abu Bakar Siddik ra. Kemudian Abu Bakar Siddik ra memberitahukan kepada Tabiin; dari Tabi'in memberitahukan kepada tabi'it-tabi'iin, terus-menerus ilmu itu disampaikan hingga tahun saat ini ajaran tarekat itu terus berkembang dan diajarkan persis seperti zaman Nabi saw.
Jadi dari Nabi hingga sekarang ilmu itu bersambung! Kalau diurutkan berdasarkan generasi, maka dari zaman nabi hingga sekarang sudah mencapai puluhan generasi murid yang nama-namanya jelas. Jadi sebenarnya ada cara (ilmu) untuk menemui Allah yang diajarkan Rasulullah saw yaitu berdzikir dengan metode tersendiri. Akhirnya oleh orang-orang yang dalam jaur generasi tersebut hingga tahun 2008 ini terkoordinir dengan rapih. Masing-masing guru memiliki murid yang luar biasa banyaknya.
Jalan Rahasia
Dari peristiwa awal mula Rasulullah saw menyampaikan ilmu kepada Imam Ali kw dengan cara tertentu ini, para ahli hadits mengambil kesimpulan: berdasarkan seorang diri sohabat Ali kw; dan atas dasar menutup pintu, berarti cara penyampaian ilmu jalan pintas menemui Allah ini amat secret (rahasia). Akhirnya pada generasi selanjutnya, orang yang berhak memberitahukan rahasia tersebut pun memiliki aturan berdasarkan contoh Nabi saw tadi. Padahal kita memahami bahawa ilmu harus disampaikan dan dikeluarkan. Mestinya tidak perlu rahasia.
Namun untuk masalah ini ternyata berbeda dengan cara penyampaian ilmu-ilmu yang lainnya. Adapun cara yang digunakan adalah melalui jalan amanat atau mandat. Sehingga, hanya orang-orang yang menerima amanat dan mandat saja yang berhak memberitahukan dan menjelaskan ilmu ini. Hingga saat ini , Sehingga siapa saja yang bermaksud untuk mengetahui dan mempelajari serta mempratekkan ilmu ini mesti diajarkan oleh orang yang berhak.
Dua Macam Jenis Guru
Guru itu ada dua: guru yang mengajarkan berbagai macam pengetahuan; fiqih, tasawwuf, akhlaq, nahu/sorof, tafsir dan lain-lain. Ilmu tersebut mengajarkan: jadilah orang yang ngerti agama; Kedua: ilmu praktek yaitu bertujuan melaksanakan jalan pintas menemui Allah. Guru itu memiliki tanggung jawab hingga di akhirat nanti. Sebagai gambaran perbedaan antara guru praktek dengan guru penuntun agama adalah semisal kita sama-sama naik dalam satu bus.
Orang yang dijadikan sebagai panutan, kita ganduli dan kita pegangi tiba-tiba turun di suatu tempat. Ia turun di tengah perjalanan, sementara kita sendiri tidak tahu mau turun di mana. Akhirnya kita sendirian di dalam bus, dan orang yang kita senangi tadi juga sudah turun di suatu tempat sendirian. Padahal waktu di bus akrabnya luar biasa tapi ketika turun lain-lain. Ini adalah contoh ilmu pengetahuan yang diberikan oleh seorang guru. Guru kedua adalah seorang guru yang akan bertemu dan berjalan hingga akhirat nanti secara bersama-sama.
Jika diibaratkan naik bus kita akan berdekatan terus, akan diperhatikan terus, dimana turunnya, kita akan bersama-sama sehingga bareng-bareng turun dan aman karena ditemani terus-menerus. Dengan kata lain, melalui cara tersebut, jika kita mengenal ulama yang mengajarkan ilmu thariqah bisa kenal terus hingga sampai akhirat.
HAMKA Masuk Thariqah
H. Abdul Karim Amrullah (HAMKA) adalah ulama Indonesia yang bersal dari Sumater Barat dan sangat terkenal di Indonesia maupun di dunia Islam. Salah satu karya monumentalnya adalah Tafsir AL Azhar. Bagaimanakah awal mula beliau tertarik kepada ilmu praktek ini ternyata memiliki cerita yang menarik.
Suatu ketika HAMKA merenung seorang diri dan bertanya pada dirinya sendiri: “HAMKA, kau banyak karya sampai kau juga membuat tafsir AL AZHAR siapa yang tidak kenal kamu. Apa bekal kamu untuk menghadap Allah?" Dari pertanyaan ini, beliau berusaha mencari jawaban yang mantap.
Tidak tanggung-tanggung pencariannya hingga beliau berkeliling dunia. Namun pada akhirnya semua jawaban dianggap tidak tepat! Akhirnya kembali lagi ke Indonesia kemudian ketemu dengan ilmu yang yang satu jalur ini dan pada titik kesimpulannya beliau berkata: “Inilah yang aku cari!” setelah itu dia mengambil ilmu ini, dan mempraktekannya hingga kurang lebih satu tahun beliau wafat.
Ajaran Thariqah
Inti dari thariqah sendiri adalah bagaimana berinteraksi dengan Allah kapan dan dimana saja melalui metode tertentu. Masing-masing thariqah berbeda metodanya. Berdzikir dan beribadah memiliki waktu dan tempat tertentu namu ketika kita berada di dalam WC bolehkah sambil membaca Qulhu misalnya. Hukum syariat mengatakan tidak boleh.
Tetapi melalui ajaran thariqah yang ilmunya diajarkan oleh Nabi saw ini, kita masih bisa mengadakan interaksi dengan Allah di mana dan kapan saja dengan tanpa larangan. Hukum mempelari ajaran thariqah adalah boleh (mubah) tidak wajib. Hanya saja memiliki prinsip atau disiplin harus memperoleh ijazah melalui guru thariqah. Sebab paling tidak salah satu syarat orang yang berhak memberikan ijazah paling tidak selama 40 tahun melaksanakan tahajud tidak pernah putus. Karenanya wakil talqin dalam tareqah ini tidak sembarang orang ia memiliki disiplin diri yang ketat.
Mengapa dan Apa yang dipelajari
Inti dari ajaran thariqah adalah bagaimana berinteraksi dengan Allah secara simultan atau terus-menerus yang salah satunya adalah bagaimana mengucapkan kalimah Laa ilaaha illa Allah disertai gerakan yang sah. Meskipun sederhana namun setidaknya ada alasan-alasan tertentu sehingga kita mesti belajar. Alasannya adalah:
- Meski mengucapkan kalimah Laa Ilaaha Illa Allah itu cukup mudah, namun biasanya ada gerakan tertentu ketika berdzikir. Masing-masing gerakan tarekat berbeda-beda. Dari sini kita mesti paham betul darimana dasar garakan ini. Mestinya gerakan-gerakan itu harus diajarkan oleh Nabi saw.
- Di dalam berdzikir kalimah "Laa" kita mesti berkonsentrasi. Sebab jiwa dan ruh ibarat kertas putih; konsentrasi ibarat pena; dan badan kita ditulis sendiri oleh pena tadi. Ilaaha gerakannya kemana, Ilaallah harus bergerak ke mana. Setidaknya harus ada 7 simpul badan yang harus dilalui. Sebab kalau gerakan itu tidak langsung diambil dari nabi, hanya ikut-ikutan bukan menulibadan.
- Mengapa yang diajarkan hanya Laa ilaaha Illallaah padahal amalan lain banyak seperti istighfar, shalawat tasbih dan lain-lain. Namun pada akhirnya kembali kepada Allah. Jadi intinya dalam thariqah ini cuma memberi tahu cara gerak dan bagaimana mengucapkanNya dengan melalui 7 simpul.
- Mempelajari ilmu ini waktu sebentar sekali. kira-kira hanya seperempat jam. Setelah bisa kita mempraktekannya hingga akhir hayat. Singkatnya, banyak cendekiawan dan alim ulama. Namun semuanya tidak mengajarkan ilmu beserta Allah; yang diajarkan mereka adalah ilmu dari Allah.
Wallahu a'lam bishshowab. (M. Kurtubi)
Posting Komentar