Sumber: Extremusmilitis


“Gajah di pelupuk mata, tak terlihat. Semut di seberang lautan jelas terlihat."

Begitulah ungkapan yang pantas bagi orang-orang yang gemar mencari-cari dan menyebarkan keburukan orang lain.

Manusia adalah tempat salah dan lupa, al-insan mahallu al-khata wa al-nisyan. Kita harus menghindari mencari-cari aib orang mu’min. Istilahnya tajassus. Kalaupun mau mencari kesalahan orang lain, ulama sekaliber Imam Hasan Al-Bashri, Imam Abu Hanifah, Imam Asy-Syafii atau Imam Al-Ghazali pun masih ada yang mencela dan mendiskreditkannya.

Tapi, apa kita perlu mencari-cari aibnya? Dari sini kita perlu menyimak dawuh Imam Ibn Hajar Al-Haitami, "Seandainya jarh (komentar yang menilai kelemahan orang lain) didahulukan atas ta'dil (komentar yang menilai kuat), maka tidak akan ada satupun imam yang selamat, karena tidak ada seorangpun kecuali ia dicela oleh para pencela."

Oleh karena itu, yang patut kita sebarkan adalah nilai-nilai kemuliaan dari para imam itu.
Imam Asy-Syafi'i berkata memuji Imam Abu Hanifah: "Manusia adalah keluarga Abu Hanifah dalam Fiqih". Imam Asy-Syafii juga memuji Imam Malik, "Beliau adalah guruku yg menjadi hujjah antara aku dan Allah."

Ibn Al-Madini berkata tentang Imam Ahmad: "Islam dimuliakan oleh dua orang laki-laki. Yaitu oleh Abu Bakr Ash-Shiddiq di yaumir ridah, dan Ahmad bin Hanbal di yaumil mihnah".
Penduduk Baghdad menyanjung Imam Asy-Syafi'i dengan memberinya gelar "Penolong as-sunnah".

(Syakirnf)
*Disarikan dari status Facebook Kang Hamdi Turmudzi Nur dengan penambahan dan penyuntingan seperlunya.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama