K.H. Akyas Abdul Jamil |
Polemik peristiwa Gerakan 30 September tak kunjung berakhir. Beberapa pihak mengklaim dirinya tidak bersalah. Bersamaan dengan itu, mereka juga saling tuduh institusi anu yang salah. Simpang siur informasi ini membuat masyarakat bingung.
Tulisan ini tidak akan mengupas perihal konflik siapa yang paling
bertanggung jawab, atau siapa yang salah dalam peristiwa tragis tersebut. Penulis
teringat saat mengaji pada K.H. Tb. Ahmad Rifqi Chowas. Beliau berkisah
mengenai peristiwa tersebut dalam konteks Buntet Pesantren.
Pada malam yang begitu mencekam di beberapa daerah tersebut, sosok
ulama kharismatik Buntet Pesantren K.H. Akyas Abdul Jamil keluar dari ndalemnya.
Muqoddam Tarekat Tijaniyyah itu tengadah langsung ke langit tanpa terhalang apapun sembari melafalkan
doa ala Nabi Nuh as.
رَبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْاَرْضِ مِنَ الْفِيْكَائِيِّيْنَ دَيَّارًا
Ya Tuhanku, jangalah Engkau biarkan di antara orang PKI itu tinggal
di atas bumi
Dalam doa Nabi Nuh, kata al-pekaiyyina asalnya al-kafirina,
orang-orang kafir. Kiai yang dikenal ahli hadis itu mengganti diksi
orang-orang kafir itu dengan orang-orang PKI. Seketika, doa yang dipanjatkan Kiai Akyas itu terkabulkan.
Syakirnf
Posting Komentar