Banyak masyarakat Muslim yang masih salah memahami bid’ah. Istilah itu
seringkali berkonotasi pada perbuatan buruk yang menyebabkan pelakunya masuk
neraka. Mereka mendasari pandangannya pada satu hadis tentang bid’ah. Hadisnya benar,
tetapi pemahamannya yang salah. Saat Rasulullah masih ada saja, beberapa
sahabat juga melakukan bid’ah.
Hal itu diungkapkan oleh Ketua Umum Yayasan Lembaga Pendidikan
Islam (YLPI) Pondok Buntet Pesantren KH Adib Rofiuddin Izza saat memberikan kalimat
tarhib pada Pengajian Umum Haul Almarhumin Sesepuh dan Warga Pondok Buntet
Pesantren 2018, Sabtu (7/4).
Rasulullah saw. selepas melakukan perjalanan mi’raj mengundang Bilal bin Rabah. Ia bercerita kepada Bilal, bahwa ia mendengar
suara sandalnya di Surga. Lalu, ia pun menanyakan kepada Bilal perihal amal apa
yang selama ini ia lakukan.
Bilal menjawab bahwa setelah melaksanakan wudlu, ia melakukan salat
sunnah dua rakaat. “Inilah yang menyebabkan kau masuk surga,” ujar Kiai Adib
mengutip jawaban Rasulullah.
Padahal, Rasulullah tidak pernah memerintahkan hal itu sebelumnya.
Artinya, shalat dua rakaat setelah wudlu merupakan bid’ah.
Selain Bilal, sahabat lain yang melakukan bid’ah adalah Abu
Hurairah. Seorang sahabat melaporkan kepada Nabi, bahwa Abu Hurairah membaca
tasbih 1000 kali sebelum tidur. Rasulullah pun meresponsnya tidak apa-apa.
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu juga
mengungkapkan bahwa mushaf Al-Quran merupakan bid’ah. Pada era kepemimpinan Sayyidina
Abu Bakar al-Shiddiq, Sayyidina Umar bin Khattab memberikan usul kepadanya
untuk membukukan Al-Quran. Sempat menolak usulan itu, akhirnya khalifah pertama
setelah Nabi itu juga menerimanya. Mulailah kodifikasi Al-Quran hingga berhasil
terkumpul dan dibukukan pada masa kepemimpinan khalifah ketiga Sayyidina Usman
bin Affan.
Nabi tidak pernah memerintahkan untuk melakukan hal itu. Artinya,
pembukuan Al-Quran juga merupakan bid’ah.
(Syakir NF)
Posting Komentar