Oleh: Muhammad Kurtubi
Tertarik dengan tulisan KH. Mustofa Bisri di situs ini, tentang Prof. Masaru Emoto di Jepang yang meneliti sifat hexagonal air. Maka penulis ingin berbagi masalah air dan kesehatan. Barangkali bisa memperkaya informasi seputar air kesehatan yang "dijampi-jampi". Adakah jampi-jampi ala pesantren ini matching dengan iptek?
Air adalah sumber kehidupan sebagaimana ayat quran berbunyi: “waja’alnaa minal maai kulla syain hayy”, Kujadikan
dengan air itu segala sesuatu menjadi hidup. Tapi baru saja tadi siang
seusai juma’atan kulihat motor-motor gagal dihidupkan karena basah
terkena hujan.
Berarti air bukan sumber kehidupan mesin itu sendiri dong. Tetapi
justru sebagai penghambat lajunya energi mesin yang perlu dihiupkan
demi hdiupnya roda perekonomian si pemilik motor. Saya lihat putus asa
di selah berkali-kali engkol motornya, sales itu akhirnya putus asa dan
bersandar kembali ke masjid. Merenung sendiri.
Air Sebagai Global Warming!
Mungkin
anda akan mengatakan bahwa orang-orang di pesantren sebagai pengidap
TBC. Misalnya pada saat tahlilan, atau doa bersama, di hadapan hadirin
terdapat air yang di botol aqua atau wadah lainnya. Air itu biasanya
ditempatkan di tengah-tengah orang-orang yang tengah membaca quran.
Bila doa sudah selesai air itu sendiri akan diminum oleh keluarganya.
Mengapa itu dilakukan, hal ini terkait dengan alam air itu sendiri
sebagai global warning. Maksudnya, air itu ternyata mampu merekam
segala hal yang ada di sekitarnya. Karenanya, air yang merespon doa,
dan bacaan quran dan syair-syair yang baik, ternyata akan terbentuk
sejenis bentukan atom yang indah, berbeda dengan air yang merekam suara
keras, tak beraturan dan jelek, maka bentukannya pun jelek.
Peneliti asal Jepang Dr Masaru Emoto, seperti
di tulis dalam berbagai media, suatu kali melakukan riset laboratorium
tentang air. Ajaib, air bisa menangkap pesan-pesan dalam udara yang
kemudian memengaruhi bentuk molekul air tersebut. Saat air diberikan
getaran cinta dan kasih sayang melalui kata-kata cinta, terima kasih,
dan sentuhan lagu lembut yang menyejukkan pikiran,tampak bahwa
perlahan- lahan air tersebut membentuk dirinya menjadi molekul
berbentuk indah seperti kristal bersegi 6.
Sebaliknya, ketika air tadi dikata-katai dengan umpatan
seperti “Kamu membuatku muak!”, “Kamu bodoh!” atau diberi getaran
lagulagu heavy metal, terlihat bahwa bentuk molekul air menjadi sangat
jelek. Penelitian lainnya juga pernah dilakukan pada air tanah di Kobe,
Jepang.Beberapa hari pascagempa bumi besar Hanshin-Awaji tahun 1995,
sampel air tanah yang diteliti menunjukkan molekul yang buruk rupa,
serupa kemuraman dan kesedihan warga Kobe akibat gempa bumi yang
menelan korban jiwa 140.000 orang itu.
Simpati pun berdatangan, relawan, dan warga saling
bahumembahu memulihkan derita para korban. Kebersamaan dan kepedulian
menguat. Hal tersebut rupanya menimbulkan atmosfer yang sangat
positif.Tiga bulan pascagempa, molekul air tanah di Kobe menampakkan
bentuk yang indah. Itulah sekelumit pelajaran yang bisa direnungkan,
betapa kasih sayang dan kata-kata positif sangat besar manfaatnya.
Bagaimana dengan dzikiran, tentu saja kalimat yang didendangkan
dalam dzikiran, tahlilan, marhabanan, yang dikatakan bid’ah itu, tentu
saja air akan merespon dengan baik. Karenanya, jika diminum air ini
sangat membantu kesehatan.
Bagi manusia, air di dalam tubuh terdiri dari hampir 70%nya. Makanya
saat manusia diberikan kata-kata sejuk dan menyejukkan akan direspon
dengan baik, sebaliknya orang yang dikasari maka terbentuk molekul air
dalam tubuh kita untuk menolaknya.
Begitupula anak kecil yang sedang tumbuh otaknya, maka kata-kata
yang baik dan pendidikan yang baik dari orangtuanya akan membemtuk
molekul tubuh yang bagus. Sebaliknya, jika umpatan, makian dan
serapahan, jangan khawatir itupun akan direspon pula oleh tubuh tampa
sadar. sehingga saat beawr nanti para orang tua baru memahami sebentuk
molekul anak-anaknya itu bertingkah kasar dan tak karu-karuan mirip
molekul yang jelek.
Demikian juga oksigen dan hidrogen sebagai pembentuk molekul air di
alam ini. Manakala manusia-manusia di bumi tidak mencintai kesejukan
suka pada perang, kasar dan kanibalisme, kemaksiatan vertikal dan
horizontal tumbuh subur, niscaya hidrogen dan oksigen akan merespon
negatif. Polutan atau carbon dioksida akan terbentuk lebih banyak dari
pada pembentukan oksigen. Sehinggalah kita mengenal istilah global
warming, climate change, pemanasan global dan istilah lainnya.
Akhirnya, kita sebenarnya sudah diingatkan bahwa alam ini mirip sebentuk puzzle,yang
akan saling melengkapi, karenanya, demikian pula maka kombinasi unsur
oksigen dan hidrogen sebagai pembentuk air, maka jangan sekali-kali
diganggu dengan berbagai masalah “sampah” ideologi, madzhab dan sumpah
serapah. Cukuplah air sebagai global warming!
Penulis adalah lulusan MANU Buntet Pesantren Cirebon
Posting Komentar