Penulis di Alexandria (2014) |
Bismillah, semoga teman-teman semua sehat dan bahagia.
Ini adalah kali pertama saya menulis untuk Web Buntet, setelah sekian tahun
lamanya saya berada di Mesir. Dulu, saya sering diminta tulisan oleh Kang
Mubarok, namun tidak kunjung saya berikan. Juga beberapa kali pernah disindir
oleh Kang Syakir di Medsos, pun sama. Akhirnya, dari seri tulisan Wong Buntet
Pesantren ning London, ning Jerman, ning Maroko, sampai ning Turki, belum ada
yang seri Mesir. Padahal santri Buntet yang ada di sini terhitung belasan. Maka
inilah tulisan dari Mesir, semoga teman-teman berkenan.
Mesir adalah salahsatu negara Arab yang berada di benua
Afrika, negara terakhir dari sembilan negara Afrika yang dilewati oleh Sungai
Nil, sungai terpanjang di dunia (6853 km) yang memiliki tiga muara; Dimyat,
Rashid dan Iskandaria.
Mesir adalah negara yang memiliki salahsatu dari tujuh
keajaiban dunia, yaitu Great Pyramid yang berada di kota Giza, tempat
disemayamkannya mayat para raja. Bangunan ini berdiri pada peradaban Mesir
kuno, sekitar empat abad yang lalu. Piramida di sini berjumlah ratusan. Namun,
dari sekian banyak itu yang terkenal hanya tiga, yakni Khufu, Khafre dan
Menkaure. Ketiganya merupakan piramida terbesar.
Sungai Nil dan Piramida, akan panjang bila terus saya
ceritakan. Dua ini saja sudah mewakili kehebatan sejarah Mesir. Tentunya masih
banyak yang lain, yang mudah-mudahan dapat saya ceritakan di lain tulisan,
hehe. Ada pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir, ada Firaun yang tenggelam di
laut merah yang mayatnya sampai sekarang masih ada dan bisa dilihat di museum,
ada nabi Yusuf yang dibuang ke sumur kemudian menjadi raja agung, ada Gubernur
Amr ibn Ash yang membangun masjid pertama di Kairo pada masa Khalifah Umar RA.,
ada Qoul Jadid serta makam-nya Imam Syafii dan gurunya, Imam Waki’, Masjid dan
Universitas Al-Azhar, sampai invasi Napoleon Bonaparte dan kemenangan Mesir
atas Israel.
Mesir adalah gudangnya sejarah. Bagaimana tidak, Mesir
adalah salah satu peradaban paling tua di dunia. Apalagi ditambah sejarah Islam
yang berkembang pesat di sini, dari Sunni, Syiah sampai Sunni lagi.
Ya, Mesir pernah dikuasai oleh pemerintahan Syiah. Bahkan,
teman-teman tahu Universitas Al-Azhar? Itu pada mulanya dibangun oleh Syi’ah. Namun,
saat ini, universitas tersebut menjadi kiblat keilmuan Islam Sunni.
Di sini, terdapat banyak sekali makam keramat. Bahkan
sampai ribuan adanya. Kedua Kepala Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama (MANU) Putra
KH Ade Nasih dan Kepala MANU Putri KH Aris Ni’matullah pun dulu di sini hobinya
adalah ziarah makam. Dari Makam Sayyidina Husein cucu Rasulullah SAW., makam
Imam Syafii, Imam Suyuthi, Imam Ibn Hajar Al-Asqalani, Imam Al-Bushiri penulis Qoshidah
Burdah, sampai makam 5000 sahabat Nabi di kota Bahnasa. Ada lagi makam
keramat yang paling jauh, yaitu makam Imam Abu Hasan Asy-Syadzili di
Humaitsara, desa terpencil di tengah padang pasir.
Ada sekitar 4000 mahasiswa/i Indonesia di sini. Di antara
ribuan pelajar asal Nusantara itu adalah saya dan belasan santri Buntet
lainnya. Kenapa saya sebut belasan, karena saya dari dulu belum tahu pasti,
berapa sebenarnya jumlah yang tepat santri Buntet yang sedang melanjutkan studi
di sini.
Pernah suatu saat saya menghitungnya berjumlah lima
belas. Tapi, ternyata masih ada lagi. Maklum ini akibat jarang kumpul, karena
kami tidak tinggal di satu kota, melainkan di kota yang berbeda-beda; Kairo,
Tanta, Mansurah dan Alexandria. Akan tetapi, komunikasi kami tetap berjalan. Selain
saya, ada Khumaidi dan Aslan yang sedang menempuh strata dua (S-2).
Kang Imam Rofii, Kang Badruddin, Kang Wahyu, Mbak Leli, Kang Indra, Kang Arif, dan Kang Afif
sedang menempuh studi strata satunya. Baru tiga bulan ini, Kang Sulthan Ali
Khan tiba di negeri beribu kota Kairo ini. Dia kini sedang menjalani pendidikan
bahasa Arab.
Ada lagi yang paling senior, Kang Tubagus Manshur. Dia
sedang melanjutkan studi strata tiga (S-3) dalam bidang Akuntansi Islam. Di sini,
dia bersama istrinya, Mbak Aam yang juga santri Buntet, serta kedua orang
putranya.
Sekian tulisan saya. Kurang dan lebihnya saya mohon maaf.
Insya Allah akan saya lanjutkan lagi di tulisan-tulisan berikutnya. Kami semua
memohon doa teman-teman. Akhir bulan ini, kami sedang akan menghadapi UAS.
Semoga kami mendapatkan hasil yang memuaskan, dan dapat segera lulus.
Al-Fatihah..!
Hormat saya dari Kairo, Desember 2016
Moh. Hadi Bakri Raharjo
Santri Al-Ma’mun dan Alumni MANU Putra
Mahasiswa Jurusan Dakwah dan Kebudayaan Islam – Universitas Al-Azhar
(Syakirnf)
Posting Komentar