Oleh: Ahmad Zaki Alawi
Umat muslim sedunia beberapa waktu yang lalu dihebohkan oleh keluarnya film fitna dari Belanda. Kasus itu kemudian meluncur hingga ke seantero bumi. Meski film dilarang, namun beredar bebas di Internet. Reaksi terus bersambut, namun tidak sedikit yang setuju bahkan Wilders, sang politisi Belanda sendiri mengusulkan agar agama Islam ditarik dari Nederland. Ada apa ini?
Film
dokumenter yang berdurasi 15 menit tersebut memang mampu membuat kita
kebakaran jenggot dan jujur sebagai seorang muslim (walaupun tidak taat),
saya sempet ngeri melihatnya.
Bagaimana tidak, dalam film itu
menggambarkan kerasnya ajaran Islam. terorisme, pembantaian, hukuman
rajam yang mungkin lebih tepat dikatakan sebagai hukuman mati
seolah-olah sudah menjadi tradisi dalam Islam.
Seorang anak kecil
yang mungkin masih berusia balita dengan entengnya menyebut orang-orang
Yahudi sebagai kera dan babi. Terorisme dan pembantaian atas nama tuhan
(Allah) seolah menjadi sesuatu yang harus dilakukan. Jihad! itu kata
mereka.
Terlepas dari penyalah tafsiran ayat Al-Qur'an, apa yang
mereka lakukan bukanlah sesuatu yang pantas untuk dilakukan dan itu
tidak mencerminkan umat Islam. Tapi kita tidak bisa hanya menutup mata
begitu saja, atau sekedar protes dan unjuk rasa terhadap film tersebut,
tapi kita sebagai umat islam secara tidak langsung mempunyai tanggung
jawab moral untuk memperbaiki citra diri kita di mata dunia.
Kita lihat dari beberapa
faktor yang menyebabkan Islamphobia terjadi di beberapa belahan dunia
atau dikalangan tertentu. Sebagai permulaan mungkin kita ada yang
membahas tentang tafsir ayat-ayat jihad, terus latar belakang historis,
sosial dan ekonomi dari kaum terorisme yang mengatasnamakan Islam.
Sebagai tambahan, bagaimana kita bisa menyikapi persoalan tersebut,
yang jelas kita sudah berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah
melarang film tersebut beredar secara luas. Bahkan hingga Presiden RI
sendiri secara langsung memprotes flm "Fitna" yagn dibuat oleh politisi
ekstrem Belanda Geert
Wilders. Presiden SBY hari Senin (31/3) malam menyatakan, pemerintah
melarang penayangan film tersebut di Indonesia. Pemerintah berharap
kepada internet provider tidak menayangkan "Fitna" dalam situs
internet, kata Presiden.
Alangkah baiknya mari kita mendiskusikan masalah ini, sebagai
pembelajaran bagi kita bahwa ternyata ada pihak-pihak yang memang
sengaja menampilkan Islam yang kemudian dibaca oleh pihak asing sebagai
representasi islam yang sebenarnya. Sementara di pihak lain, Islam
ramah seakan tertutup gaungnya oleh islam "urakan".
Fitnah yang terus digaungkan oleh orang-orang yang membeci Islam, termasuk film fitna ini, tidak terlepas dari bagaimana sikap mereka melihat gaya Islam yang ditampakkan kepada mereka.
Saya jadi teringat seorang Habib terkenal dari Yaman pernah berkunjung ke
Kebayoran Jakarta dalam ceramahnya beliau mengatakan bahwa jika di
negara barat kartun Nabi Muhammad saw itu sampai dibuat, jangan
sepenuhnya menyalahkan mereka. Sebab mereka bersikap itu adalah
kontribusi dari cara kita berislam yang ditampakkan kepada mereka.
* Penulis adalah alumni Buntet Pesantren
Posting Komentar