Undangan Terbuka
SARESEHAN DAN SEMINAR NASIONAL
Ikatan Silaturrahim Alumni Buntet Pesantren Cirebon (INSAN BPC) D.I. Yogyakarta akan menyelenggarakan
SARASEHAN DAN SEMINAR NASIONAL
dengan Tema :
“Kontribusi Pesantren dalam Pembangunan Etika Politik di Indonesia”
Hari Sabtu, 3 Mei 2008,
Tempat di Gedung DEPSOS Jl. Veteran No. 8 Yogyakarta.
Pembicara:
KH. Nahduddin Royandi Abbas (Sesepuh Pondok Buntet Pesantren Cirebon) dan Muhammad Mustafid (Aktifis PMII dan IPNU Yogyakarta).
Untuk para alumni Buntet Pesantren Cirebon dan tamu undangan, setelah acara Sarasehan dan Seminar Nasional akan diadakan diskusi panel.
Dengan demikian, pemberitahuan ini sekaligus undangan terbuka kepada masyarakat umum yang ingin mengikuti acara ini.
***
Term of Reference (TOR)
Ada sebuah euforia ketika reformasi digulirkan. Atas nama demokrasi, kebebasan didengungkan. Satu dasawarsa lebih berlalu reformasi, tetapi angin kesejahteraan belum juga tampak bagi rakyat Indonesia.
Kebebasan akhirnya didengungkan hanya untuk kepentingan sekelompok orang. Kebebasan berpendapat seakan hanya digunakan sebagai alasan pendirian partai-partai politik untuk kepentingan para elitnya. Sehingga pendirian partai politik menjadi sebuah alat untuk mencapai kekuasaan, bukan sebagai alat memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Akhirnya politik telah kehilangan etika. Krisis ekonomi dan kekuasaan pada menimbulkan krisis moral.
Krisis moral ini bukan hanya melanda para pemimpin di negeri ini, tetapi para cendekiawan dan ulama serta kiai pun ikut terbawa arus. Indikasinya, mereka banyak yang terjebak pada kepentingan golongannya seraya mengabaikan kepentingan umatnya.
Kiai yang seharusnya menjadi seorang begawan aturannya menjernihkan permasalahan, malah memperkeruh suasana. Ini berarti ada yang salah dengan positioning seorang kiai dalam perpolitikan di negeri ini.
Bagaimana kiai dan pesantrennya memposisikan dirinya dalam peta politik dan kekuasaan di Indonesia? Pertanyaan ini menjadi lebih berarti jika kita kaitkan lagi bagaimana posisi pesantren dalam perpolitikan menjelang PEMILU 2009.
Secara normatif, pesantren dan partai politik sesungguhnya dua entitas yang agak berjauhan. Pesantren lebih identik dengan pendidikan yang bersentuhan dengan keilmuan dan moralitas, sedangkan partai politik lebih dekat pada upaya bersama untuk meraih, mempertahankan dan merebut kekuasaan.
Pesantren dalam kehidupan kesehariannya sibuk dengan kajian kitab yang membahas pandangan ulama-ulama klasik dan modern tentang berbagai disiplin ilmu agama Islam, sedangkan partai politik sibuk dengan penyusunan platform partai dengan segala strategi dan taktik politik untuk memperoleh kekuasaan demi memajukan bangsa dan negara serta menyejahterakan rakyat.
Di pesantren telah tertanam budaya tanpa pamrih dalam mengerjakan apa saja yang diperintahkan kiai, asal pekerjaan itu baik dan bermanfaat untuk umat dan orang banyak. Dalam tradisi pesantren, sikap ini disebut ikhlas dan patuh. Misalnya, kiai mengisyaratkan kepada para santrinya untuk memilih partai politik tertentu, maka mereka mematuhinya dengan dasar bahwa partai politik yang dipilihnya itu akan menegakkan politik moral, bukan hanya politik kekuasaan.
Adapun di partai politik, budaya tanpa pamrih dan politik moral merupakan sesuatu yang kecil kemungkinan terjadi karena setiap tindakan yang dilakukan anggota partai telah terbentuk beberapa rumus politik, yaitu, (a) siapa mendapatkan apa?, (b) siapa mengalahkan siapa?, (c) siapa yang menjadi saingan?, dan (d) siapa yang menjadi teman seiring?.
Jadi, di Pesantren telah terbangun citra bahwa partai itu semestinya membangun politik moral sebagai salah satu basis utamanya dalam meraih dan mempertahankan kekuasaan. Dengan demikian, politik kekuasaan yang sudah menjadi ciri utama partai politik harus didampingi dengan politik moral agar kekuasaan yang diraihnya tidak mengarah pada penghalalan segala cara.
Dari dua entitas yang berbeda antara partai politik dan pesantren, seharusnya kiai mampu melakukan sebuah ijtihad, bagaimana upaya mengembangkan politik yang beretika, sehingga politik bukan sekedar dijadikan alat meraih kekuasaan, tetapi juga alat untuk mensejahterakan rakyat melalui perjuangan-perjuangannya.
***
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Panitia Sarasehan INSAN BPC DIY dengan contact person 081324404892 (Adi Suhaedi) dan 085292014314 (Khoirul Anam).
SEKRETARIAT
PANITIASARASEHAN dan SEMINAR NASIONAL INSAN BPC DIY
Komplek POLRI Blok A-2 No.31 Rt. 05 Rw. 10 Depok Sleman Yogyakarta 55125
www.insanbpcjogja.blogspot.com
E-mail : insanbpcjogja@gmail.com
Klik Undangan
Posting Komentar