Oleh: Redaksi
Keprihatinan menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni terhadap masyarakat muslim tanah air adalah kurang bersemangat dalam memepelajari al-quran. Padahal kebiasaan masyarakat dahulu adalah suka membaca al quran setiap ba'da maghrib.
"Sejak saya masa kecil dulu mendengar alunan Al Quran, dari magrib sampai isya, sekarang sedikit rumah yang terdengar bunyi Alquran," kata Menag pada acara peletakan batu pertama Mahad Al Quran Pondok Pesantren Darul Muzari'in Al Islamiyah, di kecamatan Cigeulis, Pandeglang, Banten, Sabtu kemarin.'
Pondok pesantren pertanian al quran, di Karang Bolong ini diharapkan akan menjadi institusi terbesar di Asia Tenggara (Asean) karena lingkungan masyarakatnya sangat mendukung di samping suasana relegius Islami sudah tertanam sejak lama.
Hadir dalam kesempatan itu Direktur Pusat Studi Islam di Frankfurt, Jerman, Syekh Hasan Hitou, Dubes Suriyah HM Muzammil Basyni, Sekjen Depag Bahrul Hayat, Dirjen bimas Islam Prof Dr Nassaruddin Umar, Wakil Gubernur Banten M Masduki, Bupati Pandeglang A Dimyati Natakusumah.
Pesantren ini direncanakan berdiri diatas lahan seluas 45 hektar, dilengkapi dengan sarana antara lain masjid, puskesmas, gedung serba guna, laboratorium, gedung madrasah, mahad Al Quran, serta area pertanian. Kebetulan ada bantuan dari donatur, mereka yang akan membangun sarana itu. Kita tahunya jadi, ucap Maftuh tanpa menyebut berapa dana dari donatur itu.
Menurut menteri, situasi dan kondisi sekarang telah berubah, sehingga suara-suara alunan ayat suci itu tidak lagi terdengar pada masa kita dewasa ini. Kalau pun ada hanya pada acara-acara seremonial, seperti peresmian, seminar, diskusi. Mari kita menghidupkan kembali kebiasaan lama," ujarnya.
Selain masalah itu, menteri agama juga merasa prihatin dengan dampak urbanisasi. Karena banyak pemuda yang merantau ke kota mencari pekerjaan tapi tidak memperoleh sesuatu yang dijanjikan, bahkan setelah kembali ke desa malah membawa tabiat yang jelek yang diperoleh dari kota .
Karena itu untuk mengubah sifat-sifat jelek itu antara lain mendirikan pesantren pertanian untuk menghasilkan petani-petani yang islami dan mereka akan bangga dengan pekerjaannya, kata Maftuh.
Banten dan Cirebon khususnya masyarakat santrinya dikenal dengan para pembaca quran yang fasih. Buntet Pesantren sendiri banyak para kyainya di zaman dahulu belajar dari Banten semisal KH. Akyas, KH. Fuad Zen, qori Internasional juga KH. Ahmad Jawahir. Kita juga mengenal qori internasional sekelas Mu'ammar ZA dan lain-lain.
Semoga saja pembangunan pesantren pertanian dan ql quran di Banten ini bisa melahirkan genarasi yang mumpuni dalam bukan saja dalam pertanian, dan bukan saja fasih dalam membaca, tetapi lebih mendalam kepada upaya mendalami kandungan al quran. Tidakah Rasulullah shallalahu 'alaihi wasallam memberitahuan ribuan tahun lalu, sebaik-baik engkau adalah orang yang belajar dan mengajarkan al quran. (Dhabas Rakhmat)
Posting Komentar