Oleh: Muhammad Kurtubi

 

Bill GatesRasulullah saw bersabda: “90% Rezeki itu dipegang pedagang dan petani.” Sabda Nabi saw yang pendek itu tertera dalam buku “Etika hidup dan beragama” terbitan Kairo, Mesir. Rupanya, pesan pendek Nabi saw itu justru diikuti oleh negara-negara yang kini menggiati perdagangan dan pertanian meskipun tanahnya tak sesubur tanah Nusantara.  Sementara negara yang banyak majlis ta'limnya ini rupanya lebih tertarik pada masalah “asesoris” agama.  Padahal kan bisa beli sih ngaji karo macul ? :)

 

Pernyataan “big bos” kita ini siapa yang berani menentangnya. Sebab kenyataan sehari-hari memang demikian adanya. Bahwa pribadi atau bangsa secara komunal, bila memiliki kemampuan ilmu dagang atau bertani kemudian dijalankan, tidak heran kemudian bangsa dan negaranya berkelimpahan rezeki.

 

 

Negara yang memiliki alam yang subur tidak menjamin pada kemakmuran rakyatnya. Misalanya negara Indonesia tidak banyak memberikan kemakmuran bagi bangsanya. Padahal, seperti kekaguman turis Asing dari Arab saat melintas perkebunan Bogor, ia berujar: “subhanallah, surga dunia ada di sini.”

 

Demikian pula tidak sedikit negara yang memiliki tanah yang kering kerontang, justru rezekinya berlimpah ruah. Contohnya Jepang, Belanda, China, India dan lain-lain. Negara-negara ini pun diakui tumbuh pesat perekonomiannya.

 

Sawah dan ladang kita sebenarnya amat kaya hasil buminyaDengan demikian, bertani dan berdagang ternyata tidak harus memiliki tanah yang subur atau lokasi yang strategis. Sebab bukankah Indonesia memiliki tanah dan pulau yang amat strategis baik untuk pelayaran maupun pertanian? Tetapi sudahlah, seperti yang saya katakan di atas, letak yang strategis atau tanah yang subur tidak berkorelasi langsung terhadap kemajuan bangsanya.

 

Dengan demikian maka faktor manusialah yang bisa menentukan bertani atau berdagang secara efektif. Arab Saudi dengan kekayaan minyaknya yang berlimpah ruah mampu mengeksplorasi tanpa bercapai-capai. Karena yang melakukan teknik dan montase eksplorasi adalah teknokrat seperti Amerika. Sementara para pebisnisnya hidup tenang berkelimpahan harta. Ini berarti meskipun bangsa Arab di sana tidak menguasai teknologi minyak tetapi ia mampu mengatur para insyinyur Amerika agar bekerja dan memenuhi keinginannya.

 

Begitupula negara Jepang dengan kekuatan budaya kerja kerasnya, ia mampu bangkit setelah didera penderitaan tanah air yang kering kerontang akibat di bom atom. Negara lain seperti India, China dan korea kini bangkit dan menggeliat bagaikan raksasa yang bangun dari tidurnya. Membuat negara lain “ketakutan” akan kekuatan ekonominya.

 

//www.freelists.org/Akhirnya, jika secara tidak langsung banyak negara kaya itu mampu mengaplikasikan ungkapan Nabi saw yang sangat sederhana itu, lantas bagaimana dengan sebagian besar umat Muslim yang hidup di negara berkembang. Contohnya negara kita sendiri. Rupanya, isyarat Rasulullah saw ini kurang diperhatikan dengan serius oleh umat Muslim sendiri. Sementara agama lain dan komunitas negara lain begitu konsisten menekuni kedua bidang ini. Jadi agaknya, kesan saya, umat Muslim di negara ini masih banyak yang hanya eforia dalam ”kulit” agama. Giliran kalah dalam perolehan rezeki paling-paling hanya bisa gigit jari… :)

 

Duh Gusti, wallahu a'lam bae lah.... 

 

 

Sumber: Foto 1 , foto 2, foto 3

 

 

 

 

Muhammad Kurtubi, lulusan MANU Buntet Pesantren Cirebon 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama