ISLAM MASA awal justru menjadi fenomenal karena apa yang ditampilkan Rasulullah saw kepada umat lain sangat berbeda dengan sekarang ini. Upaya menciptakan kedamaian antara pemeluk agama lain tercermin dalam piagam Madinah sangat jelas dimana Rasulullah saw melindungi pengikut umat lain bukannya memusuhi bahkan Islam dijadikan teladan bagi umat lain. 




Hal itu mengemuka dalam acara seminar yang disampaikan oleh KH. Said
Aqil Sirajd mengenai multikulturalisme yang diselenggarakan Muslimat NU
di Jakarta, Kamis (10/7).

Menurut Kang Said, piagam Madinah yang merupakan kesepakatan antara
berbagai kelompok masyarakat yang ada di Madinah, antara kelompok
muhajirin dan ansor, Muslim, Yahudi dan musyrikin merupakan manifestasi
politik kebangsaan dengan kesepakatan hidup bersama dalam damai.

“Ini merupakan manifestasi politik kebangsaan, satu nusa satu bangsa,
semuanya sama untuk menuju sebuah masyarakat yang beradab,” kata KH
Said Aqil Siradj dalam seminar mengenai multikulturalisme yang
diselenggarakan Muslimat NU di Jakarta, Kamis (10/7).

Rasulullah pindah ke kota Madinah yang dahulunya bernama Yastrib dan
membangun komunitas yang berprinsip tauhid dengan tujuan ummatan
wasatho. “Jadi targetnya jelas, bukan membangun ummatan arabiyyatan,
bukan membangun ummatan Islamiyyatan, tapi ummatan wasatho, umat yang
menjadi contoh bagi ummat yang lain,” terangnya.

Perjanjian hidup damai untuk seluruh komunitas ini tersebut bukan hanya
tertulis dalam secarik kertas, tetapi dilaksanakan dengan konsisten.
Rasulullah menegaskan “Barang siapa yang membunuh non muslim akan
berurusan dengan saya, menyakiti non muslim juga berurusan dengan
saya.” Saat ada janazah Yahudi yang lewat, Rasululah juga berdiri untuk
menunjukkan penghormatan sebagai sesama manusia.

“Pada waktu itu kan tidak ada yang bersikap seperti itu, semuanya masih
memikirkan diri dan kelompoknya masing-masing,” tandasnya.

Kang Said menjelaskan, penghargaan Rasulullah terhadap agama lain
banyak sekali tercermin dalam ucapan dan perilakunya, salah satunya, ia
meminta kepada Umar untuk menjaga kelompok Kristen Ortodok Koptik yang
ada di Mesir jika sudah menaklukkannya, ketika Romawi yang Nasrani
kalah perang dengan Persia, Nabi merasa susah sehingga diturunkan surat
Ar Rum, yang diantara isinya menceritakan pada peperangan selanjutnya
Romawi akan menang dan umat Islam harus bergembira atas kemenangan itu.

Demikian pula, dalam Al Qur’an, terdapat surat Maryam untuk
merehabilitasi nama baik Maryan yang dituduh berzina. Tragedi orang
Kristen Najhan yang dibunuh penguasanya juga diabadikan dalam Al Qur’an
dalam ayat.

Perlindungan terhadap umat yang lain terus dilanjutkan oleh umat Islam,
diantaranya yang dilakukan oleh Salahuddin al Ayyubi yang melindungi
Kristen Ortodok saat perang salib.

“Allah tidak melarang berbuat baik pada non muslim yang baik, yang
dilarang berbuat pada non muslim yang berbuat jahat,” tegasnya.

Dijelaskannya, Islam, bukan hanya risalah akidah dan syariah, tetapi
yang lebih penting lagi, membawa misi kebudayaan, peradaban dan
masyarakat yang berkualitas, masyarakat tamaddun. “Sayangnya nilai
Islam yang luar biasa ini belum tercermin dalam perilaku. Saat ini kita
keropos dan lemah dari sisi peradabannya,” ujarnya. (nuol)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama