
Beliau adalah seorang ‘alim yang santun, tawadhu, dan bersahaja. Dengan Keilmuwan, loyalitas, kepemimpinan, dan
jasa-jasa serta banyak hal dari Beliau membuat beliau dipercaya oleh para Kiai
menjadi salah satu dari Dewan Sesepuh (Pembina) bersama KH. Hasanudin Kriyani
dan KH. Abdul Hamid Anas serta KH. Nahdudin Royandi Abbas selaku Ketua Dewan
Sesepuh.
Setiap tahunnya, beliau
senantiasa istiqomah memimpin tahlil pada acara Ziarah umum pada haul Buntet
Pesantren. Ini merupakan sebuah pengakuan yang luar biasa dari masyarakat
Buntet khusunya Para Kiai akan ke'aliman beliau. Sudah belasan atau mungkin
puluhan tahun beliau rutin mengimami Tahlil pada Haul termasuk Haul dua tahun
lalu, tahun 2013, Beliau masih menjadi Imam dari ribuan peziarah yang hadir di
Maqbaroh Buntet Pesantren, dan siapa yang menyangka bahwa Haul tahun itu adalah
Haul terakhir kita bersama Beliau.
Rasanya baru kemarin kita masih
diayomi oleh sosok yang begitu ikhlas dan tak kenal lelah dalam berdakwah dan
beribadah bahkan hingga akhir hayatnya. Menurut salah satu anggota keluarganya,
malam hari sebelum wafatnya, beliau masih memimpin tawassul (doa) di salah satu
selametan puputan di rumah tetangganya, setelah itu Beliau juga masih sempat berkumpul
dan bercengkrama (rapat) dengan sepupunya, Sesepuh Buntet Pesantren, KH.
Nahdudin Royandi Abbas beserta para Kyai Buntet yang lain di ndalem Kyai
Nahdudin. Subuh keesokan harinya,beliau mengimami sholat di pondoknya, Al Inayah
Buntet Pesantren. Tak ada isyarat yang gamblang bahwa Beliau akan “pergi” dari
kita. Namun setelah mengimami, Beliau merasakan sesak nafas dan tidak sanggup
untuk nguruk ngaji sehingga beliau mengamanahkan kepada salah satu
putranya untuk membadalkan Beliau.
Siapa yang menyangka kalau tahun 2012, saat Kita
semua melepas keberangkatan haji beliau adalah momen terakhir kita melepas
keberangkatan Haji beliau, hanya beberapa bulan sebelum beliau yang “jujur
lan wani” meninggalkan kita.
Kyai Syifa yang sehari-hari
lisannya seakan tidak pernah berhenti menyebut nama Allah dan bersholawat, Kyai
Syifa yang istiqomah menjalankan puasa sunnah Senin Kamis dan Solat malam serta
solat dhuha, Kyai Syifa yang selalu menjaga wudhu, silaturrahim dan
ukhuwah, Kyai Syifa yang begitu telaten
mengajari kita Sholawat Fatih, serta amalan-amalan Thoriqoh Tijaniyah, Kyai
Syifa yang selalu memimpin harapan-harapan (doa-doa) kita telah kembali kepada
yang dikasihinya, Kyai Syifa yang selalu ikhlas ngeladeni semua kalangan
tanpa pandang bulu, Kyai Syifa . . . Kita semua dan semua amal sholihmu akan
menjadi isyhad bahwa Kau adalah benar-benar kekasihNya.
Kurang lebih dua tahun lalu,
beberapa saat sebelum Engkau kembali kepadaNya engkau berpesan kepada salah satu
anakmu agar selalu menyempatkan “mampir” ke maqbaroh gurumu, KH. M. Ma’shoem
Ahmad Lasem setiap kali ziarah Wali
Songo. Kami menganggap pesan itu juga untuk kami semua, para muridmu. Insya
Allah Kyai, kami akan sering mengunjungi
tempat peristirahatan terakhirmu...
Mari sama-sama berdoa dan mengirim fatihah untuk beliau . . .
assalamualaikum wr.wb.
BalasHapusSaya ingin bertanya apakah di buntet ada Kyai yang bernama Dr. Zaki Anwar Al-Mubarok ? dia guru saya sewaktu di Jakarta, sejak tahun 2000 beliau kembali ke buntet dan kami tidak pernah bertemu., mohon bantuan informasi keberadaan beliau,
wassalam
Posting Komentar