![]() |
Santriwati memperingati Hari Santri Nasional (22/10) |
Di tengah
kebingungan tersebut, sebagai sebuah entitas masyarakat islam khas, santri
dapat dijadikan pilihan tepat untuk menjawab pertanyaan siapakah menantu
idaman?. Mengapa harus santri NU? Sebab Nahdlatul Ulama adalah organisasi islam
kemsyarakatan yang terbukti sukses mengelola pendidikan pesantren di Indonesia,
bahkan sejak ratusan tahun lali ketika NU secara organisasi belum berdiri.
Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) NU mencatat, pada 2013 lalu jumlah pesantren
yang berada dibawah naungan NU berjumlah 24.000 Pesantren dengan jutaan santri
didalamnya. Dengan sistem pendidikan yang khas, pesantren NU berhasil
meluluskan para muridnya dengan karakter yang kuat secara syar’i maupun ke
Indonesiaan sesuai ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah
Perihal memilih calon pria dan perempuan yang baik sebagai
pasangan, hal ini di paparkan oleh Rasulullah :
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ
حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تُنْكَحُ
الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا
فَاظْفَرْ بِذَات الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
Di ceritakan Musadad,
diceritakan Yahya dari ‘Abdullah berkata bercerita kepadaku Sa’id Ibn Abi Sa’id
dari Abi Hurairah ra bahwasanya Nabi saw bersabda wanita dinikahi karena empat
perkara. Pertama hartanya, kedua kedudukan statusnya, ketiga karena
kecantikannya dan keempat karena agamanya. Maka carilah wanita yang beragama (Islam)
engkau akan beruntung.
إِذَا أَتَا
كُمْ مَن تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ، إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُن
فِتْنَةٌ فِى اْلأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ
“Apabila
datang kepadamu (untuk meminang) yaitu seseorang yang kamu telah rela terhadap
agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah (anak perempuanmu) dengannya. Apabila tidak, maka
akan terjadi fitnah dan kerusakan yang meluas di muka bumi.” (HR. At Turmudzi)
![]() |
Peringatan hari santri di Buntet Pesantren (22/10) |
1. Faham Ilmu Syari’at
Ini yang paling penting! Tujuan dari menikah adalah menyempurnakan
agama. Namun bukan berarti seketika itu agama kita menjadi sempurna, kita perlu
jalan untuk memahaminya, dan Ilmu syari’at adalah jalan menuju kesempurnaan
tersebut. Tuntunan praktik ibadah, ketauhidan, akhlaq dan ilmu lainnya adalah
santapan para santri sehari-hari di pesantren. Bersandar pada Al-Qur’an, Hadits
serta Kitab-kitab klasik karangan ulama-ulama menjamin kehidupan sepasang
manusia akan berjalan sesuai tuntunan syari’at Islam. Hal-hal keseharian
seperti pemenuhan hak suami dan istri,
permasalahan haid dan nifas dan
permasalahan munakahat lainnya sudah dikaji di dunia pesantren. Walaupun tidak
semua santri memiliki pemahaman yang baik, tapi setidaknya mereka lebih baik
daripada yang tidak pernah mengaji sama sekali.
2. Menerapkan Akhlaq Dan Adab Yang Baik
Rasulullah diutus di dunia untuk menyempurnakan akhlaq, dan para
santri inilah yang menjadi golongan terdepan mempelajarinya. Tentu perlu
keahlian khusus bagaimana bersikap baik dengan istri, suami, memperlakukan
anak, menghormati orang tua atau mertua serta
keluarga barunya, tetangga dan masyarakat, Ciri khas pendidikan pesantren NU
adalah para santri dapat mengamati secara langsung kiai atau nyainya sebagai teladan
sehari-hari, bagaimana guru-gurunya tersebut memperlakukan keluarganya. Dengan
mendapatkan contoh yang baik selama di pesantren maka Insya Allah mereka dapat
mempraktikkannya dalam kehidupan berumahtangga.
3. Pemimpin Yang Baik
Pesantren pula mendidik jiwa leadership para santrinya.
Bagaimana mereka mengelola struktur kepengurusan pesantren secara mandiri,
menyusun program-program kegiatan,
berlatih berbicara diatas podium dan sebagainya. Jika sudah terbiasa memimpin
dan mengelola kegiatan-kegiatan demikian, para alumni santri pula sudah
terbiasa untuk mengelola hal-hal rumah tangga. Tentu ini modal penting
bagaimana seseorang akan menjadi pemimpin bagi keluarganya.
4. Terbiasa Hidup Mandiri, Bekerja Keras dan Serba Bisa
Mencuci, memasak, gotong royong kebersihan, belanja ke pasar,
mengepel, menguras kamar mandi, merapikan ruangan, membuat “wedang”,
memperbaiki barang-barang yang rusak secara “kreatif” dan segala cara hidup
sederhana adalah ciri khas kehidupan para santri NU.
Sebetulnya bisa saja NU mendirikan pesantren yang sangat mewah
dengan beragam fasilitas. Namun dalam hal ini pesantren-pesantren yang
masih mempertahankan ciri tradisionalitasnya memiliki tujuan agar para santri
ini menjadi sosok yang tahan banting, siap terjun disegala medan, memiliki
mental yang kuat dan hidup sederhana namun tetap bermartabat karena ilmu dan
akhlaq yang dimilikinya. Akan
sulit tentunya jika istri atau suami adalah sosok yang manja dan tidak terbiasa
menghadapi masalah-masalah, pula terbiasa hidup serba ada. Orang-orang demikian
jika tertimpa musibah biasanya cenderung labil dan cepat putus asa lalu mencari
pelarian yang “negatif” untuk menyelesaikan permasalahan. Percayalah, kehidupan
anda tidak akan menjadi seperti itu jika memiliki suami atau santri alumni
pesantren, karena para santri memiliki keyakinan untuk terus berusaha dan
berdoa serta percaya bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi batas
kemampuan makhluqNya.
5. Memiliki Tali Silaturahim Yang Baik dengan Para Kiai Dan
Keluarganya
“Wong kang sholeh kumpolono” itulah
salah satu obat hati ala Raden Maulana Makdum
Ibrahim (Sunan Bonang) yang dipopulerkan
oleh Opik. Para santri ini secara otomatis masuk kedalam network Pesantren
Nusantara. Mereka menjadi keluarga besar para kiai
dan ulama
di seantero Indonesia bahkan dunia.
Dengan memiliki identitas santri, para santri ini memiliki tali
silturahim yang baik dengan para kiai
atau ulama,
mereka terbiasa sowan untuk meminta nasihat, doa atau solusi jika memiliki
permasalahan dan para kiai ini dengan
senang hati dan terbuka menolongnya. Pastinya hal ini adalah hal yang sangat
berharga dimana sang calon menantu memiliki lingkungan dan jaringan yang
positif. Juga, siapa yang tidak mau jika pada proses akad nikah nanti yang menikahkan
adalah seorang alim ulama?
Serta mereka (para kiai dan ustadz)
akan datang, bersama dengan keluaranya untuk mendoakan.
6. Menjamin Pendidikan Sang Anak
Anak yang lahir pada era kini disebut “Generasi Z” dimana mereka
tumbuh pada era kemajuan teknologi, jaringan dan informasi. Satu sisi mereka memiliki
banyak kelebihan, tapi di satu
sisi yang lain pula ada sisi negatif yang harus diantisipasi. Anak-anak masa
kini cenderung berpikir dan bertindak “lebih berani” dan kadang sulit untuk
dikontrol kegiatannya. Perlu perlakuan yang dapat mengimbangi kehidupannya.
Bapak atau Ibu yang memiliki latarbelakang pesantren akan memiliki pendekatan
yang berbeda untuk menghadapi kondisi demikian, mereka tidak akan menghalangi
anak-anaknya tumbuh sesuai keinginannya tetapi akan selalu mengingatkan “sudah sholat belum nak?” “ayo mengaji Al-Qur’an dulu” dan
dengan mencontohkan dengan
uswatun hasanah yang lain. Juga anak-anak dari para santri ini biasanya akan
dipesantrenkan pula sebagaimana orang tuanya dulu mesantren.
7. Bermasyarakat dan Cinta Tanah Air
Nah, yang terakhir ini tidak kalah penting. Salah satu isu pada
akhir-akhir ini yang berkembang adalah adanya sebagian kalangan yang
mengatasnamakan Islam namun melakukan tindakan-tindakan yang mereka sebut jihad,
padahal itu salah kaprah. Lebih parah lagi itu melibatkan sepasang suami-istri
dalam beberapa kasus. Mereka cenderung tertutup terhadap masyarakat sekitar,
lalu tiba-tiba masuk pemberitaan nasional karena aksinya. Juga ada yang
tiba-tiba berubah dari sikap anaknya setelah anaknya dinikahi seseorang. Santri
dari kalangan NU dijamin tidak memiliki tipikal seperti itu, mereka terbiasa
hidup bermasyarakat dan ditanamkan cinta tanah air saat pengajian dan
pendidikan di pesantren. Tentu semua tahu jika pergolakan 10 November adalah
berkat sumbangsih kaum sarungan yang dipelopori para ulama nahdliyin.
Kriteria
diatas tidak semuanya mutlak ada dalam diri seorang santri. Namun setidaknya seperti demikianlah bagaimana seorang santri
dididik menjadi calon suami dan istri yang baik. Jadi, apa masih ragu memilih
kang santri dan mbak santri?
Tim Media Buntet Pesantren/Syakirnf
Posting Komentar