Diskusi Forsila Aktif (22/12) |
Setiap minggu, FORSILA BPC Jakarta Raya rutin melaksanakan kajian. Rabu
sore bertempat di Taman Auditorium Harun Nasution UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta adalah waktu dan tempat tetapnya.
Minggu ini berbeda. Kajian yang dinamai Kajian Forsila Aktif
(Kaforit) pada kepemimpinan Forsilawan Fabi Kriyan itu digelar di hari Kamis,
(22/12) di Kantin Pelangi, Jalan Pesanggrahan, samping Kampus 1 UIN Jakarta.
Selain waktu dan tempat yang berbeda, kajian yang biasanya diisi
oleh anggota dengan materi yang disajikan dari keahliannya masing-masing, hari
itu diisi oleh staf ahli Kementerian Desa Adam Ma’rifat.
Alumni MAN Buntet Pesantren itu berbagi tentang pengalaman kemahasiswaannya sehingga ia kini aktif di berbagai lini, yakni Pimpinan Pusat dan Pimpinan Wilayah Banten Gerakan Pemuda Anshor, Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, termasuk menjadi staf ahli di Kementerian Desa sejak eranya Marwan Jafar.
Menurutnya, mengutip dari salah satu gurunya, bahwa perjuangan
mahasiswa itu setidaknya ditempuh melalui tiga jalur, yakni jihad, ijtihad, dan
mujahadah. Tiga prinsip itulah yang ia terapkan pada kader-kadernya saat
merintis PMII di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Banten.
Jihad adalah upaya yang dilakukan oleh raga. Ijtihad adalah usaha
yang dilaksanakan dengan pemikiran. Adapun mujahadah adalah langkah yang
ditempuh jiwa dalam perjuangan.
“Mahasiswa harus menghadirkan jiwa, raga, dan pemikirannya dalam
berjuang,” tegas mahasiswa pascasarjana ilmu politik Universitas Indonesia itu.
Baginya, tidak ada kampus terbaik. Mestinya, mahasiswa melakukan
tiga hal di atas untuk menjadi yang terbaik. Bukan membanggakan kenamaan
kampusnya.
Hadir pula pada kesempatan itu Apip Firmansyah. Dia juga aktif
bersama Adam di Kementerian Desa.
(Syakirnf)
Posting Komentar