Pasti
rekan-rekan santri Buntet pernah mendengar nama Sultan Mehmet, bukan? Entah itu
dari literatur yang rekan-rekan baca atau dari televisi yang pernah menayangkan
kisahnya. Nah, di tempat takulukkannya itulah kini saya mengaji.
Alhamdulillah saya diberi kenikmatan oleh Allah swt., untuk meneruskan
pendidikan diniyyah saya ke Negara Turki. Mungkin sebagian santriwan dan
santriwati
bertanya-tanya, “Kenapa belajar kitab salaf
ke Turki? Tidak ke Mesir, Yaman , ataupun Makkah Almukarromah?
İni merupakan
nasib yang sudah ditentukan oleh Allah. Menuntut ilmu merupakan hal yang sangat
mulia. Kita tak boleh memandang dari segi tempat dan dari siapa kita akan
mengambilnya. Seperti yang dikatakan Syaikh Jalaluddin El Rumy, “Nasibin varsa
alirsin karincadan ders nasibin yoksa bütün cihan sana ters", jika kamu
sudah mempunyai nasib (rizki) dari seekor semutpun kamu bisa mengambil
pelajaran. Jika belum rizki, maka walaupun ke ujung dunia kau menuntut ilmu,
kamu tak dapat mengambil pelajaran itu.
Turki merupakan
negeri yang sangat berpengaruh dalam pendidikan agama dan syiar Islam pada
zaman Osmanli. Saat itu, dunia di bawah naungan Islam selama enam abad. Di
bawah komando Sultan Fatih Mehmet, Konstantinopel di Istanbul berhasil
digulingkan. Konstantinopel merupakan kerajaan yang sangat sulit diruntuhkan
pada zaman Nabi Muhammad saw., pada masanya.
Nabi Muhammad saw bersabda :
"Kalian akan membebaskan Konstantinopel, sebaik
baiknya panglima yg akan menaklukan konstantinopel adalah sebaik baiknya panglima
dan sebaik baiknya pasukan adalah pasukannya" (HR. Ahmad Addarimi Al Hakim)
Di dekat benteng, ada makam sahabat yang bernama Abu Al-Ayyub Al-Anshari. Beliau sendiri yang meminta dimakamkan dekat
benteng sebagai bukti dahsyatnya perang pada masa itu. Selain itu,
konon tokoh yang dikenal sebagai pendiri Kota Istanbul itu juga ingin mendengar langkah kaki panglima perang terhebat yang
katanya bakal melewati benteng tersebut. Panglima perang yang dimaksud adalah
Sultan Fetih Mehmet seperti yang disebutkan hadis di atas.
Masih banyak lagi makam nabi dan sahabat seperti Nabi Yuşa As, Nabi Zul Kifli As, Amr Bin
Ash, Abu Darda, dan Abuzar Al Gifari. Selain itu, di Turki juga Jalalludin El Rumi dikebumikan.
Mayoritas masyarakat Turki bermazhab Hanafi. Meski begitu, di sini saya tidak hanya mempelajari ilmu fiqh ala mazhab Hanafi, tapi Syafii
juga saya pelajari. Di sini, hampir semua masyarakat menganut paham ahlussunnah wal jamaah i'tiqodi.
Perjalanan saya menuju Turki tidaklah mudah. Selain harus
bersaing dengan ribuan pelajar untuk mendapatkan kuota, kita juga harus punya 30
juz hafalan Alquran melalui
Yayasan Sulaimaniyyah.
Rekan-rekan santri mungkin
bertanya-tanya bagaimana keadaannya di sini mengingat banyaknya gejolak di
Turki, seperti kudeta dan baru-baru ini penembakan terhadap duta besar Rusia
yang sedang berpidato di hadapan publik dalam suatu acara pameran. Sampai saat
ini, saya alhamdulillah masih dalam keadaan aman. Daerah saya tinggal
cukup jauh dari kota besar seperti Ankara dan Istanbul.
Penulis di Bursa |
Pergolakan politik yang berujung pada
radikalisme tak menyurutkan niat saya berlibur, mencari suasana baru.
Mengunjungi makam pastinya sudah biasa bagi para santri. Apalagi santri Buntet
yang saban malam Jumat ziarah ke Mbah Muqoyyim. Kali ini, saya cari sesuatu yang
berbeda. Nah, berhubung di Indonesia saya belum menemukan salju, maka Desember menjadi
waktu yang tepat bagi saya untuk menikmatinya di egeri yang dipimpin Erdogan
ini. Kita bisa melancong ke tempat ski seperti Bursa. Kota ini dulu pernah
menjadi ibu kota pertama Dinasti Utsmaniyah.
"Musuh yang paling besar di dunia ini adalah
sesuatu yang ada
pada di antara dua alis kita, yaitu nafsu. Kita harus bisa
mengendalikan nafsu amarah sampai ke nafsu mutainnah. Dengan cara apa?
yaitu mempunyai seorang mursyid dan berzikir qalbi (hati).
"Maa fiddunya rohatun", di dunia tidak ada kata istirahat.
Kita harus semangat mengaji. Istirahat besok kalau kita sudah mati.
Mau tahu lebih jauh tentang Turki? Sila datang kemari.
Selamat berlibur rekan-rekan santri.
Muhammad Kamil
Turki, Desember 2016
(Syakirnf)
Posting Komentar