Masjid Agung Buntet Pesantren Cirebon |
Tak sedikit orang bertanya-tanya perihal penyebutan Buntet
Pesantren. “Kok Buntet Pesantren, bukan Pesantren Buntet?”
Masyarakat Buntet Pesantren menyebutnya Buntet Pesantren, bukan
Pesantren Buntet. Hal tersebut bukan sekadar perbedaan penyebutan dengan
nirmakna, tetapi dengan beberapa alasan.
Jika dilihat dari bentuknya, frasa, dua kata tersebut memiliki
hubungan frasa endosentrik atributif. Buntet merupakan unsur pusatnya
(UP), sedangkan pesantren merupakan unsur atributif (Atr).
Keduanya berkategori
nomina, sehingga gabungan dua kata ini disebut sebagai frasa nominal. Jika kita
kiaskan ke bahasa Arab, dua kata tersebut termasuk kategori tarkib idlofi.
Buntet sebagai mudlof, sedangkan mudlof ilaih-nya adalah pesantren.
Melihat hal tersebut, nampaknya, orang Buntet Pesantren ingin lebih
menunjukkan nama daerahnya ketimbang kepesantrenannya. Hal ini pula yang
menjadi gambaran, betapa orang pesantren sangat cinta akan daerahnya.
Lain halnya dengan pandangan KH Ade Nasihul Umam. Beliau mengiaskan
hubungan dua kata itu dengan susunan tarkib mazji atau kata majemuk,
yakni dua kata yang menyatu menjadi satu kata yang melahirkan makna baru.
Buntet Pesantren
sudah membentuk dirinya sebagai sebuah kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Dua
kata tersebut sudah secara sima’i, begitu Kiai Ade menyebutnya, sebagai
sebuah nama wilayah yang di dalamnya terdapat pelajar yang turut tinggal guna
mempelajari ilmu agama, dan tokoh-tokoh agama, serta masjid sebagai pusat
studinya. Artinya, dua kata itu terus menerus disebut-sebut dan diperdengarkan
sehingga membuahkan ijmak sukuti, begitu bahasa Fikihnya. Masyarakat sepakat,
dalam arti tidak ada penolakan, akan dua kata dengan susunan begitu sebagai
nama daerahnya.
Hal ini bahkan terucap, entah sengaja atau tidak, oleh K.H.
Hasanuddin Kriyani, salah satu kiai sepuh di Buntet Pesantren. Saat memberikan mauidzoh
hasanah pada Perayaan Maulid Nabi Muhammad saw 1439 H, Kamis (30/11/2017),
di Masjid Agung Buntet Pesantren, mengatakan, “Saya berharap kalian semuanya
bisa untuk mengamalkan apa yang telah kalian pelajari, kalian dapat dari Pesantren
Buntet Pesantren ini.” (Lihat dan simak pada link berikut di menit 59)
Dua alasan (frasa dan kata majemuk) ditambah dengan dawuh kiai sepuh setidaknya sudah
menguatkan penyebutan Buntet Pesantren atas wilayah yang termasuk ke
dalam tiga desa itu, yakni Mertapada Kulon, Munjul, dan Buntet.
Syakirnf
Posting Komentar