Sumber: Tribunnews.com


Puasa bisa batal karena orang tidak dapat menahan diri dari perkara-perkara yang membatalkannya, seperti makan dan minum. Keluar mani juga membatalkan puasa jika dilakukan secara sengaja, baik dengan usaha sendiri ataupun orang lain. Sebab, orang tersebut berarti tidak dapat menahan nafsunya.
Hal itu diungkapkan oleh Syaikh Taqiyuddin bin Abi Bakar bin Muhammad al-Husaini al-Syafi’i dalam kitabnya, Kifayat al-Akhyar fi Halli Ghayat al-Ikhtishar Syarh Matn Abi Syuja’.

و كذا الانزال يعني خروج المني بالاجماع و قوله "عن مباشرة" يعني سواء كان حراما كاخراجه بيده او غير محرم كاخراجه بيد زوجته او جاريته كذا قاله بعض الشراح وجه الافطار

Begitupun inzal, yakni keluar mani, dapat membatalkan puasa. Ulama bersepakat dalam hal ini. Baik haram seperti mengeluarkan maninya dengan menggunakan tangan sendiri, ataupun tidak haram seperti mengeluarkannya dengan tangan istri ataupun budak perempuannya. Sebagian ulama mengklaim hal ini ijma’ atas hal tersebut.

Beda halnya jika inzal itu tidak dilakukan dengan sengaja, seperti mimpi atau berkhayal. Hal demikian tidak membuat puasa seseorang batal. Misal, seseorang sudah niat puasa usai tarawih. Ia juga sudah melaksanakan sahur. Selepas shalat subuh, ia tertidur. Dalam tidurnya, ia ihtilam, mimpi basah. Maka, inzal karena hal ini tidak membatalkan puasanya. Alasannya, karena orang tersebut tidak sengaja mengeluarkan maninya dengan berusaha ataupun mubasyarah. Syaikh Taqiyuddin menulis sebagai berikut.

واحترز الشيخ بالمباشرة عما اذا انزل بالفكر او الاحتلام و لا خلاف انه لا بفطر بذلك و ادعى بعضهم الاجماع على ذلك

Syaikh Abu Syuja’ (penulis matannya) menganggap tidak batal jika keluar mani karena menghayal ataupun mimpi. Tidak ada perbedaan pendapat mengenai hal ini. Sebagian ulama menyebut adanya ijma’ pada hal tersebut.

(Syakir NF)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama