Oleh: Muhammad Hamdi Turmudzi Noor*
Sebelum membaca tulisan ini lepaskan terlebih dahulu subyektifitas
Anda. Pinggirkan fanatisme Anda kepada salah satu paslon agar Anda bisa berdiri
di tengah dan tidak menjadi dungu. Tulisan ini bukan karena iri, sombong,
ataupun merasa lebih baik. Hanya sebuah kedunguan.
Kata "dungu" merupakan kata yang paling sering terlontar
dari mulut Rocky Gerung (RG). Sepertinya ia memang suka dengan kedunguan, sebagaimana pepatah
Arab mengatakan:
مَن
أحَبَّ شيئًا أكْثَرَ مِن ذِكرِهِ
"Barangsiapa mencintai sesuatu, maka ia akan memperbanyak dari
menyebutnya".
Dia menawarkan isi otak kepada orang-orang. Siapa yang tertarik
dengan tawarannya? Tentu adalah mereka yang berotak kosong. Karena buat mereka
yang otaknya sudah berisi, untuk apalagi gunanya tawaran itu? Jika gelas
seseorang sudah terisi minuman, tentu tawaran untuk mengisinya akan ia tolak.
Jika gelasnya kosong, boleh saja tawaran itu diterima.
Para penggemar berat RG tidak mempedulikan apa sebenarnya agamanya
sehingga mempercayakannya untuk mengisi tausiyah di musholla. Mereka sekarang
tidak takut lagi tergolong ke dalam sabda Nabi SAW:
المَرءُ
على دِينِ خَليلِهِ، فَلْيَنظُرْ أحَدُكُم مَن يُخالِل (رواه أبو داود والترمذي)
"Seseorang (berada) atas agama kekasihnya, maka lihatlah oleh
salah satu dari kalian siapa orang yang dikasihinya."
Apakah stok kiai atau ustadz sudah benar-benar habis? Hanya kedunguan
yang menilainya demikian.
Untuk masuk menjadi pengikut setia RG selain syarat kekosongan otak
tadi, ia diharuskan men-dungu-kan orang lain, khususnya penguasa. Ini "kalimat
syahadat" yang wajib sebagaimana syahadatnya kaum Syi'ah ekstrem yang
menambahi isinya dengan melaknat para Sahabat Nabi SAW, terutama Abu Bakr,
Umar, Utsman, 'Aisyah dan Hafshah. Sebagaimana Syi'ah ekstrem juga menolak
mentah-mentah kabar dari Abu Hurairah. Kabar yang valid adalah kabar yang
diriwiyatkan kalangan mereka sendiri. Model ini yang tengah dibangun RG.
RG menawarkan isi otaknya karena ia merasa otaknya telah sempurna
dengan menganggap lawannya dungu. Tidak ada orang yang mendungukan orang lain
kecuali ia merasa tidak lebih dungu daripada yang didungukan. Hati-hati dengan
sifat demikian. Bukankah Iblis merasa lebih sempurna, dan pada saat yang sama
ia merendahkan Nabi Adam? Iblis mencoba berdalih menggunakan otaknya. Alih-alih
menjadikannya mulia, malah menjadikannya hina sehina-hinanya.
Iblis membanggakan asal-usul dirinya dengan mengatakan ia tercipta
dari api. Ia juga berdalih bahwa ia tidak akan bersujud kecuali kepada Allah.
Sujud kepada Adam adalah sujud kepada selain Allah, maka ia menolak. Dia tahu
secara pasti bahwa ini perintah Allah, tapi ia membantahnya dengan keyakinannya
pada isi otaknya yang keliru. Iblis masih mencoba membanggakan otaknya saat ia
mempertanyakan kenapa Allah memerintahkannya sujud kepada Adam, padahal Allah
Mengetahui bahwa ia akan menolak?
Otak adalah makhluk. Apa yang dihasilkan oleh otak juga makhluk.
Sebuah kedunguan jika makhluk yang terbatas dalam berbagai sisinya
mempertanyakan Sang Khalik yang tak terbatas.
Kembali ke RG. Apa yang dilakukannya memang bisa membuatnya menjadi
terkenal, meskipun saya yakin dia tidak sedang mengamalkan pepatah Arab ini:
خالِفْ
تُعرَفْ
"Berbedalah, maka kamu akan terkenal".
RG mencoba memoles kata-katanya agar terlihat benar sebagaimana
saudara-saudara Nabi Yusuf yang memoles baju Nabi Yusuf dengan darah kambing
agar terlihat benar bahwa Nabi Yusuf dimakan serigala. Polesan mereka pun
diingkari oleh Nabi Ya'qub dengan berkata:
قَالَ
بَلۡ سَوَّلَتۡ لَكُمۡ أَنفُسُكُمۡ أَمۡرٗا
"Dia (Ya'qub) berkata: sebenarnya hanya dirimu sendirilah yang
memandang baik urusan yang buruk itu." (QS. Yusuf: 18)
Nabi Ya'qub bisa mengerti kebohongan anak-anaknya atas Nabi Yusuf
karena beliau tahu bahwa mereka hasad/iri kepada Nabi Yusuf. Jika yang dilakukan
RG dengan cap "dungu"nya adalah karena hasad, maka jelaslah apa yang
dikatakan:
ما
خَلا جسَدٌ مِن حسَدٍ، لكِنَّ اللَّئِيمَ يُبْدِيهِ والكَريمَ يُخْفِيهِ
"Tidak kosong satu jasad (pun) dari rasa iri, akan tetapi
orang yang tercela menampakkannya dan orang yang mulia menyembunyikannya."
Menanggapi RG terlalu berlebihan juga sebetulnya tidak perlu, malah
membuat kita semakin dungu. Karena ia bukan siapa-siapa, tidak jelas
akademisinya, dan tidak punya prestasi. Sya'ir ini tepat menggambarkannya:
وكُنتُ
أُرَى زَيدًا كما قِيل سَيّدا * إذًا أنّهُ عبدُ القَفا واللّهَازِمِ
"Aku diperlihatkan tentang Zaid sebagaimana dikatakan (bahwa
dia) adalah Sayyid (orang yang sangat dihormati), ternyata sesungguhnya dia
hamba tengkuk dan tulang di belakang telinga (kiasan dari tukang tidur)."
*Pengajar di Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama (MANU) Putra Buntet
Pesantren
Posting Komentar