manusia:
Pertama : Dalam hidup
ini yang penting perut kenyang dan badan sehat.
Kedua : Dalam
hidup ini mengikuti ke mana arah angin berhembus, angin berhembus ke Timur,
ikut ke Timur, angin berhembus ke Barat, ikut ke Barat, supaya selamat dan
mendapatkan apa yang diinginkan.
Ketiga : Dalam hidup
ini yang penting "saya senang" masa bodoh dengan urusan orang lain.
- Keempat : Dalam hidup
ini harus baik di dunia dan baik di akhirat.
Sebagai muslim sudah selayaknya kita
berfilsafat sebagaimana filsafat hidup Rasulullah SAW.
Filsafat hidup Rasulullah adalah sebagai
berikut :
1.
Pertama : Rasulullah pernah
ditanya oleh seorang sahabat. "Wahai Rasulullah, bagaimana kriteria orang
yang baik itu? Rasulullah
menjawab:
Yang artinya: "Sebaik-baiknya manusia
ialah orang yang bermanfaat bagi orang lain".
Jika ia seorang hartawan, hartanya tidak
dinikmati sendiri, tapi dinikmati pula oleh tetangga, sanak famili dan juga
didermakan untuk kepentingan masyarakat dan agama. Inilah ciri-ciri orang yang
baik. Jika berilmu, ilmunya dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak. Jika
berpangkat, dijadikannya sebagai tempat bernaung orang-orang disekitarnya dan
jika tanda tangannya berharga maka digunakan untuk kepentingan masyarakat dan
agama, tidak hanya mementingkan diri dan golongannya sendiri.
Pokoknya segala kemampuan/potensi
hidupnya dapat dinikmati orang lain, dengan kata lain orang baik adalah orang
yang dapat memfungsikan dirinya ditengah-tengah masyarakat dan bermanfaat.
Sebaliknya kalau ada orang yang tidak
bisa memberi manfaat untuk orang lain atau masyarakat sekitarnya bahkan segala
kenikmatan hanya dinikmatinya sendiri, berarti orang itu jelek. Adanya orang
seperti itu tidak merubah keadaan dan perginyapun tidak merugikan masyarakat.
Jadi filsafat hidup Rasulullah SAW
menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain. Oleh karena itu, sudah
sepantasnya bagi kita sebagai manusia untuk memegang filsafat hidup. Orang yang
hanya menanam rumput untuk makanan ternak ia akan mendapatkan rumput tapi
padinya tidak dapat, sebaliknya orang yang menanam padi, ia akan mendapatkan
padi dan sekaligus mendapatkan rumput, karena rumput tanpa ditanam akan tumbuh
sendiri. Begitu juga dengan kita yang hidup ini, kalau niat dan motivasinya
sekedar mencari rumput (uang) iapun akan memperolehnya, tetapi tidak dapat
padinya atau tidak akan memperoleh nilai ibadah dari seluruh pekerjaannya.
Oleh karena itu dalam menjalankan
kehidupan, niatkan untuk ibadah dengan suatu keyakinan bahwa pekerjaan
dan tempat kerja kita, kita yakini sebagai tempat mengabdi kepada Nusa, Bangsa
dan Negara, dan sebagai upaya menghambakan diri kepada Allah SWT. Dengan
demikian maka setiap hendak berangkat ke tempat bekerja berniatlah beribadah,
Insya Allah seluruh pekerjaan kita akan bernilai ibadah, dan mendapatkan
pahala.
Alangkah ruginya orang yang hidup ini
niatnya hanya mencari "rumput" walau hal itu penting, tetapi kalau
niatnya hanya itu saja, orang tersebut termasuk orang yang rugi, karena ia
tidak akan mendapatkan nilai ibadah dari pekerjaannya.
Yang namanya ibadah bukan hanya shalat,
zakat, puasa atau membaca Al-Qur'an saja, tetapi bekerja, mengabdi kepada
masyarakat, Negara dan Bangsa dengan niat Lillahi Ta'ala ataupun ibadah. Hal ini
penting untuk diketahui, karena ada yang berfilsafat: Kalau ada duitnya baru
mau kerja, kalau tidak ada duitnya malas bekerja.
2.
Kedua : Rasul pernah
ditanya, wahai Rasulullah! Orang yang paling baik itu yang bagaimana? Rasul menjawab :
Yang artinya : "Sebaik-baiknya diantara
kamu ialah orang yang umurnya panjang dan banyak amal kebajikannya".
Sudah barang tentu orang yang semacamn
ini sangat bermanfaat bagi masyarakat. Sebaliknya kalau ada orang yang amalnya
baik tapi umurnya pendek masyarakat akan merasa kehilangan. Rasulullah juga
mengatakan,"Seburuk-buruknya manusia yaitu mereka yang panjang umurnya
tapi jelek perbuatannya".
Jadi sebenarnya kalau ada orang semacam
itu mendingan umurnya pendek saja, supaya masyarakat sekitarnya tidak banyak
menderita dan agar ia tidak terlalu berat tanggung jawabnya di hadapan Allah.
Orang yang umurnya panjang dan banyak amal kebajikannya itulah orang yang baik.
Permasalahannya sekarang bagaimana agar
kita mendapat umur yang panjang. Sementara orang ragu, bukankah Allah telah
menentukan umur seseorang sebelum lahir? Pernyataan ini memang benar, tapi
jangan lupa Allah adalah Maha Kuasa menentukan umur yang dikehendaki-Nya.
Adapun resep agar umur panjang
sebagaimana resep Rasulullah :
Secara lahiriyah, kita semua sependapat
untuk hidup sehat, harus hidup teratur, makan yang bergizi serta menjaga
kondisi dengan berolahraga yang teratur.
Secara spiritual orang yang ini panjang
umur ada dua resepnya:
1. Pertama : Suka bersedekah yakni melepaskan sebahagian hartanya di jalan
Allah untuk kepentingan masyarakat, anak yatim, fakir miskin maupun untuk
kepentingan agama. Dengan kata lain orang yang kikir atau bakhil sangat mungkin
umurnya pendek.
2. Kedua : Suka silahturahmi, Silah berarti hubungan dan rahmi berati
kasih sayang, jadi suka mengakrabkan hubungan kasih sayang dengan sesama,
saling kunjung atau dengan saling kirim salam.
Sementara para ahli tafsir menyatakan
sekalipun bukan umur itu yang bertambah misalnya 60 tahun, karena sering
silahturahmi meningkat menjadi 62 tahun, banyak sedekahnya menjadi 65 tahun.
Kalau bukan umurnya yang bertambah, setidak-tidaknya berkah umur itu yang
bertambah. Umurnya tetap tapi kualitas dari umur itu yang bertambah.
3.
Ketiga : Rasul pernah
ditanya, orang
yang paling beruntung itu yang bagaimana? Rasul Menjawab :
Yang artinya : "Barang siapa yang
keadaannya hari ini kualitas hidupnya lebih baik dari hari kemarin maka dia
adalah orang beruntung".
Kalau kita bandingkan dengan tahun
kemarin, ilmu dan ibadahnya, dedikasinya, etos kerja, disiplin kerja meningkat,
dan akhlaknya semakin baik, orang tersebut adalah orang yang beruntung. Dengan
kata lain filsafat hidup Rasulullah yang ketiga adalah "Tiada hari tanpa
peningkatan kualitas hidup".
Pernyataan Rasul yang kedua :
Yang artinya: "Barangsiapa keadaan
hidupnya pada hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia termasuk orang yang
rugi".
Jika amalnya, akhlaknya, ibadahnya,
kedisplinannya dan dedikasinya tidak naik dan juga tidak turun maka orang
tersebut termasuk orang yang merugi.
Sementara orang bertanya: Kenapa
dikatakan rugi padahal segala-galanya tidak merosot? Bagaimana dikatakan tidak
rugi, mata sudah bertambah kabur, uban sudah bertabu, giginya sudah pada gugur
dan sudah lebih dekat dengan kubur, amalnya tidak juga bertambah, kualitas
hidup tidak bertambah maka ia adalah rugi. Dan Rasul mengatakan selanjutnya :
Yang artinya : "Barangsiapa keadaan
hidupnya pada hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka orang semacam itu
dilaknat oleh Allah".
Oleh karena itu pilihan kita tidak ada
lain kecuali yang pertama, yakni tidak ada hari tanpa peningkatan kualitas
hidup. Sebagai umat Islam, kedispilinan, dedikasi, kepandaian, kecerdasan,
keterampilan harus kita tingkatkan, agar kita termasuk orang yang beruntung.
4.Keempat : Rasul pernah ditanya : "Wahai Rasulullah! Suami dan isteri yang
paling baik itu bagaimana?
Rasul menjawab :
"Suami
yang paling baik adalah suami yang sikap dan ucapannya selalu lembut terhadap
isterinya, tidak pernah bicara kasar, tidak pernah bersikap kasar, tidak pernah
menyakiti perasaan isterinya, tetap menghormati dan menghargai isterinya.
Sebab ada sikap seorang suami yang suka
mengungkit-ungkit segala kekurangan isterinya, sehingga dapat menyinggung
perasaannya, yang demikian termasuk suami yang tidak baik biarpun keren dan
uangnya banyak. Hakekatnya suami yang tidak baik yaitu suami yang kasar
terhadap isterinya. Dan seorang laki-laki yang mulia ialah yang bisa memuliakan
kaum wanita, tidak suka menyepelekan. Sampai-sampai Rasul masih membela kepada
kaum wanita beberapa saat sebelum Beliau wafat. Beliau sempat berpesan:
"Aku titipkan nasib kaum wanita kepadamu". Diulangnya tiga kali.
Karena kaum wanita kedudukannya serba lemah. Jadi kalau seoarang suami memiliki
akhlak yang tidak baik maka penderitaan sang isteri luar biasa. Hal ini perlu
kita ingat karena segala sukses yang dicapai oleh sang suami pada hakekatnya
adalah karena andil sang isteri. Demikian juga andil isteri yang membantu
mencarikan nafkah.
5.Kelima : Rasul pernah
ditanya, "Wahai Rasulullah! Orang yang benar itu yang bagaimana? Rasul menjawab,"Apabila dia berbuat
salah segera bertaubat, kembali kepada jalan yang benar. Oleh karena itu para filosof
mengatakan, "Orang yang benar adalah bukan orang yang tak pernah melakukan
kesalahan, tapi orang yang benar adalah mereka yang sanggup mengendalikan diri
dari perbuatan yang terlarang dan bila terlanjur melakukannya, ia memperbaiki
diri dan tidak mengulangi perbuatan yang salah itu. Ibarat anak sekolah
mengerjakan soal, kalau salah tidak jadi masalah, asal setelah dikoreksi tidak
mengulangi kesalahannya. Sampai-sampai ada ungkapan yang tidak enak didengar
tapi benar menurut tuntunan Islam, yaitu: Bekas maling itu lebih baik
dari pada bekas santri. Kita tahu bahwa santri adalah orang yang taat beragama,
sedangkan maling penjahat, pemerkosa, dan sebagainya tapi setelah bertaubat
menjadi orang yang baik, kembali ke jalan yang benar. Orang yang demikian
matinya menjadi khusnul khotimah. Memang yang ideal, orang yang baik itu dari
muda sampai tua baik terus, tapi hal itu jarang.
Kesalahan yang sudah terlanjur, selama
masih mau bertaubat tidak jadi masalah. Oleh karena itu, segala hukuman,
seperti hukuman administrasi dalam kepegawaian, selalu didasarkan atas beberapa
pertimbangan. Apakah kesalahannya tidak bisa ditolerir, apakah orang tersebut
perlu diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya atau tidak. Apakah
kesalahannya terpaksa atau karena kebodohannya? Maka berbagai pertimbangan
perlu dilakukan sehingga ada kesempatan bagi orang tersebut untuk memperbaiki
kesalahannya, agar dia bisa kembali menjadi orang yang baik. Nabi Muhammad SAW
bersabda :
Yang artinya: "Walaupun engkau
pernah melakukan kesalahan sehingga langit ini penuh dengan dosamu, asal saja
kamu bertaubat, akan terima oleh
Allah".
6.
Keenam : Suka memberi. Sabda Nabi :
Yang artinya : "Tangan di atas lebih
baik daripada tangan di bawah".
Orang yang suka memberi, martabatnya
lebih terhormat daripada orang yang suka menerima. Allah berfirman :
Yang artinya : "Perumpamaan (nafkah
yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah
adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap
butir, seratus biji. Allah melipat-gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia
kehendaki. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.(QS. Al-Baqarah
: 261)
Tidak ada orang yang suka sedekah,
kemudian jatuh miskin. Umumnya yang jatuh miskin karena suka judi, togel, dan
minuman keras. Dan resep kaya menurut Islam adalah kerja keras, hidup hemat,
dan suka sedekah.
7.Ketujuh : Rasul pernah
ditanya oleh para sahabat : "Wahai Rasul! Si pulan itu orang yang luar biasa
hebatnya. Dia selalu berada
dalam masjid, siang malam melakukan shalat, puasa, I'tikaf, berdo'a. Kemudian
Rasul bertanya kepada para sahabat, "Apakah orang itu punya
keluarga?" Sahabat menjawab, "Punya Ya Rasul". Kata Rasul :
"Orang tersebut adalah orang yang tidak baik!. Saya ini suka ibadah tapi
disamping itu sebagai seorang suami, berusaha mencari nafkah. Sampai Rasul
menyatakan : " Tergolong tidak baik orang yang hanya mementingkan urusan
ukhrawi tetapi melalaikan urusan dunia".
Juga tidak benar orang yang hanya
mementingkan urusan duniawi tapi melalaikan urusan ukhrawi. Yang paling baik
adalah seimbang antara kepentingan duniawi dengan kepentingan ukhrowi dan tidak
berat sebelah.
Posting Komentar