"Ketahuilah bahwa setiap orang tidak dilahirkan dalam
keadaan pandai,
Dan setiap orang yang berilmu tidak akan bersaudara dengan
orang bodoh. (Umar bin Abdul Aziz radhiallahu
‘anhu)
Saat Daulah (penguasa Islam) Bani Umayyah, masa kerajaan
setelah Khulafaurrasyidin dipegang oleh sayyidina Umar bin Abdul Aziz Radhiallahu
Anhu. Beliau didatangi oleh
penguasa daerah dari berbagai wilayah. Saat itu Sayyidina sayyidina Umar
bin Abdul Aziz Radhiallahu Anhu berkedudukan
di Damaskus, Syiria. Penguasa daerah itu ingin bersilaturahmi kepada raja yang baru saja dinobatkan. Dalam catatan
sejarah, Raja Umar bin Abdul Aziz itu dikenal sebagai penguasa terbaik setelah
Khulafurrasyidin.
Mereka datang ke beliau satu persatu dan diterima dengan
baik selayaknya para tamu kehormatan. Namun ada yang aneh dari para utusan itu
terdapat seorang anak kecil berumur sekitar 11 tahun menghadap. Anak itu
merupakan utusan dari negeri Hijaz. Tentu saja sang Ibnu Umar ra. Merasa kaget dan
aneh, karena semua utusan dari wilayah lain adalah orang-orang dewasa dan
terhormat namun dia tetapi menjadi utusan resmi dari Hijaz.
"Wahai anak kecil silahkan pulang saja ke Hijaz! Sebaikanya yang menghadap ke sini
adalah orang yang jauh lebih tua darimu seperti layaknya utusan-utusan dari
daerah lain." Kata khalifah Umar bin
Abdul Aziz ra.
"Wahai Amirul Mukminin,
setiap orang sudah dibekali Allah Subhanahu Wata'ala hati dan lisan
untuk berbicara kepada siapa saja,
termasuk aku." Jawab anak umur 11 tahun itu dengan yakin.
Belum sempat Amiril mukminin berkata ia masih meneruskan
kata-katanya.
"Walau usiaku baru 11 tahun. Allah Subhanahu Wata'ala
yang menciptakan hambanya saja tidak pernah melarang hambanya yang mau
berbicara kepada siapa saja, jadi kenapa aku dilarang menghadapmu dan berbicara kepadamu? " katanya berusaha
tenang.
"Apakah hanya karena aku masih anak-anak dan kamu sudah
dewasa? Apakah Allah Subhanahu Wata'ala yang menciptakan lisan hambanya
melarang anak-anak berbicara dengan orang dewasa? Allah Subhanahu Wata'ala
saja pencipta lisanku ini ini tidak melarang aku berbicara denganmu, lalu
kenapa engkau wahai amiril mu'minin yang sama-sama hamba Allah Subhanahu
Wata'ala melarang lisanku untuk berbicara denganmu?" tegas utusan kecil itu
menambahkan.
Alangkah terkejutnya beliau, mendengar jawaban anak kecil
itu. Belum lagi hilang keterkejutan Amirul mukminin, anak itu lalu melanjutkan
pembicaraanya.
"Wahai Amirul Mukminin! Bila semua urusanmu itu diukur
hanya dengan melihat usia, maka sebetulnya kamu belum pantas untuk menjadi raja
di Daulah Bani Umayah ini. Dan kamu tidak layak duduk diatas kursi kerajaan
itu." Tegasnya. Kemudian ia memberikan alasan
"Karena di wilayah kekuasaan Bani Umayah ini masih banyak
orang yang usianya lebih tua darimu." Katanya mantap.
Alangkah terkejutnya beliau mendengar penuturan bocah itu
yang amat fasih dan lancar laksana seorang diplomat yang sudah kawakan dan
ulung. Di samping rasa terkejut yang amat sangat, beliau pun tidak memungkiri
hati nuraninya yang amat sangat kagum dengan bocah itu. Akhirnya beliau pun melantunkan
syair sebagai berikut,
"Ketahuilah bahwa setiap orang tidak dilahirkan dalam
keadaan pandai, dan setiap orang yang berilmu dia tidak akan bersaudara dengan
orang bodoh.
"Sedangkan orang dewasa yang tidak memiliki ilmu tetap
dianggap anak kecil, karena masyarakat tidak ada yang mau menoleh kepadanya
sekalipun ia dewasa." Tutur Sayyidina Umar bin Abdul Aziz Radhiallahu Anhu
dan akhirnya dengan riang gembira beliau menerima anak itu sebagai utusan dari
Hijaz.
[dinukil dari kitab Addurus Annahwiyah jilid II halaman
7]
keadaan pandai,
Dan setiap orang yang berilmu tidak akan bersaudara dengan
orang bodoh. (Umar bin Abdul Aziz radhiallahu
‘anhu)
Saat Daulah (penguasa Islam) Bani Umayyah, masa kerajaan
setelah Khulafaurrasyidin dipegang oleh sayyidina Umar bin Abdul Aziz Radhiallahu
Anhu. Beliau didatangi oleh
penguasa daerah dari berbagai wilayah. Saat itu Sayyidina sayyidina Umar
bin Abdul Aziz Radhiallahu Anhu berkedudukan
di Damaskus, Syiria. Penguasa daerah itu ingin bersilaturahmi kepada raja yang baru saja dinobatkan. Dalam catatan
sejarah, Raja Umar bin Abdul Aziz itu dikenal sebagai penguasa terbaik setelah
Khulafurrasyidin.
Mereka datang ke beliau satu persatu dan diterima dengan
baik selayaknya para tamu kehormatan. Namun ada yang aneh dari para utusan itu
terdapat seorang anak kecil berumur sekitar 11 tahun menghadap. Anak itu
merupakan utusan dari negeri Hijaz. Tentu saja sang Ibnu Umar ra. Merasa kaget dan
aneh, karena semua utusan dari wilayah lain adalah orang-orang dewasa dan
terhormat namun dia tetapi menjadi utusan resmi dari Hijaz.
"Wahai anak kecil silahkan pulang saja ke Hijaz! Sebaikanya yang menghadap ke sini
adalah orang yang jauh lebih tua darimu seperti layaknya utusan-utusan dari
daerah lain." Kata khalifah Umar bin
Abdul Aziz ra.
"Wahai Amirul Mukminin,
setiap orang sudah dibekali Allah Subhanahu Wata'ala hati dan lisan
untuk berbicara kepada siapa saja,
termasuk aku." Jawab anak umur 11 tahun itu dengan yakin.
Belum sempat Amiril mukminin berkata ia masih meneruskan
kata-katanya.
"Walau usiaku baru 11 tahun. Allah Subhanahu Wata'ala
yang menciptakan hambanya saja tidak pernah melarang hambanya yang mau
berbicara kepada siapa saja, jadi kenapa aku dilarang menghadapmu dan berbicara kepadamu? " katanya berusaha
tenang.
"Apakah hanya karena aku masih anak-anak dan kamu sudah
dewasa? Apakah Allah Subhanahu Wata'ala yang menciptakan lisan hambanya
melarang anak-anak berbicara dengan orang dewasa? Allah Subhanahu Wata'ala
saja pencipta lisanku ini ini tidak melarang aku berbicara denganmu, lalu
kenapa engkau wahai amiril mu'minin yang sama-sama hamba Allah Subhanahu
Wata'ala melarang lisanku untuk berbicara denganmu?" tegas utusan kecil itu
menambahkan.
Alangkah terkejutnya beliau, mendengar jawaban anak kecil
itu. Belum lagi hilang keterkejutan Amirul mukminin, anak itu lalu melanjutkan
pembicaraanya.
"Wahai Amirul Mukminin! Bila semua urusanmu itu diukur
hanya dengan melihat usia, maka sebetulnya kamu belum pantas untuk menjadi raja
di Daulah Bani Umayah ini. Dan kamu tidak layak duduk diatas kursi kerajaan
itu." Tegasnya. Kemudian ia memberikan alasan
"Karena di wilayah kekuasaan Bani Umayah ini masih banyak
orang yang usianya lebih tua darimu." Katanya mantap.
Alangkah terkejutnya beliau mendengar penuturan bocah itu
yang amat fasih dan lancar laksana seorang diplomat yang sudah kawakan dan
ulung. Di samping rasa terkejut yang amat sangat, beliau pun tidak memungkiri
hati nuraninya yang amat sangat kagum dengan bocah itu. Akhirnya beliau pun melantunkan
syair sebagai berikut,
"Ketahuilah bahwa setiap orang tidak dilahirkan dalam
keadaan pandai, dan setiap orang yang berilmu dia tidak akan bersaudara dengan
orang bodoh.
"Sedangkan orang dewasa yang tidak memiliki ilmu tetap
dianggap anak kecil, karena masyarakat tidak ada yang mau menoleh kepadanya
sekalipun ia dewasa." Tutur Sayyidina Umar bin Abdul Aziz Radhiallahu Anhu
dan akhirnya dengan riang gembira beliau menerima anak itu sebagai utusan dari
Hijaz.
[dinukil dari kitab Addurus Annahwiyah jilid II halaman
7]
Posting Komentar