Hati manusia sumber dari masalah dan kearifan. Sayangnya, masalah hati ini banyak yang terabaikan padahal fenomena yang lahir dari hati yang bersih akan melahirkan individu yang bersih pula.
Hati memang sulit dilihat yang tergambar adalah apa yang terucap dan
teraplikasi dalam perbuatan. Padahal manusia yang lupa kepada Allah
menimbulkan kerusakan dari yang kecil hingga yang besar.
“Bagaimana hati kita bersih dari syirik, baik syirik kecil, lebih-lebih
syirik besar, letaknya tidak di bibir atau dimata, tetapi di hati.
Sumber dari perbuatan yang kurang baik dan terpuji dari sisi allah
adalah kealpaan, lupa kepada yang maha kuasa sehingga timbulnya riya,
hasud, dengki, dan sebagainya. Ini karena kita lupa,” ungkap Habib
Lutfi bin Yahya rais aam Jam’iyyah Ahlit Thariqah al Mu’tabarah An
Nahdliyyah (Jatman) di arena munas Jatman di Asrama Haji Pondok Gede
Jakarta baru-baru ini seperti dikutip NU online.
Dengan belajar ilmu tasawuf, kata Habib yang memiliki saudara di
Cirebon ini, layaknya kita ini seperti ikan yang hidup di laut, tetapi
kita tetap tidak asin, tetap memiliki prinsip dan kepribadian,”
terangnya.
Karenanya, menurut Habib yang dari Pekalongan ini, Jika dekat dengan
Allah, secara substansi, manusia dengan sendirinya akan kaya. “Kita
dekat dengan pemberi kekayaan, bukan pada kekayaannya, sehingga kita
tidak memiliki kekuatiran. Kekuatiran kita adalah pada kondisi iman
kita. Kalau kita tidak kuwatir tak akan menjaga, apa yang diberikan
Allah,” katanya.
Ditanya mengenai makna zuhud, Habib Lutfi menjelaskan zuhud adalah
membersihkan hati dari keterkaitan kepada yang selain Allah, bukan
meninggalkan sesuatu yang sifatnya duniawi.
“Kita ingin bisa berhaji, bukan dihajikan, kita ingin berzakat, bukan
dizakati, ya kan. Zauhud itu membersihkan hati dari keterkaitan pada
selain Allah,” tuturnya. (kurt)
Posting Komentar