Oleh: Man Khozin dkk.
(Komunitas Banyu Bening)
Berdasarkan data jumlah keluarga miskin di seluruh Indonesia adalah 15, 5 juta kk atau setara dengan 62 juta orang (Media Indonesia, September 2005). Berdasar data BPS , jumlah penduduk miskin di Indonesia per Maret 2008 mencapai 34,96 juta jiwa (15,42%), Sedangkan menurut Bank Dunia (data orang luar nih yah)) tingkat kemiskinan di Indonesia yakni sekitar 49,5%. Fantastis! Tapi kemiskinan itu bisa menjadi kekuatan yang tersembunyi. Faktanya, banyak dari mereka lebih tahan terhadap godaan keserakahan dan menerima apa adanya.
Di saat kemiskinan masih menjadi hiasan dunia ini, maka sebenarnya jika
kita telusuri, orang-orang yang dianggap marjinal ini sebenarnya
memiliki kekuatan yang luar biasa. Daya tahan hidupnya, semangat
mempertahankan pekerjaanya bahkan dengan kemiskinan itu seakan mereka
tak terpengaruh dengan segudang orasi pengentasan kemiskinan dari
pemerintah namun masih memble.
Ungkapan bijak: "Kaadal fakru an yakunal kufra" seakan-akan dekat sekali orang miskin
itu dengan kekufuran. Mencermati hadits tersebut, kita sebenarnya tidak
perlu kemudian mengutuk kemiskinan adalah bagian dari sebuah kenistaan.
Faktanya, bukankah sebagian dari masyarakat Indonesia adalah miskin,
apalagi mereka-mereka yang tinggal di pedesaan. Namun mereka hidup
biasa-biasa saja, tidak mempertontonkan kemiskinan baik melalui protes
kepada pemerintah maupun menjadi peminta-minta.
Sebaliknya, bila kita menengok kehidupan kota, justru orang-orang yang
jahat, yang akrab dengan dunia hitam lahir bukan dari kalangan miskin
tetapi orang-orang yang kadang hidup bergelimpangan harta. Bukankah
contoh nyata, saat ini tengah dicecar oleh KPK bagaiman anggota dewan
yang terhormat juga terlibat korupsi, belum lagi para mafia peradilan,
para cukong BLBI dan lain-lain. Apakah mereka orang-orang miskin?
Bohong kalau mereka itu miskin.
Lalu dimana letak hakekat "kemiskinan" yang dimaksud ungkapan bahwa
orang miskin dekat dengan kekufuran. Menurut keterangan beberapa kyai
bahwa kemiskinan dan kekayaan merupakan dua sisi mata uang. Saat miskin
berarti tengah dicoba dengan ketidakadaan materi, sementara saat kaya,
maka kekayaan itu juga sebagai sebuah cobaan.
Karenaanya lanjut kyai kami di Buntet mengatakan bahwa Rasulullah saw
justru memuji orang-orang yang beriman dimana dalam sebuah hadits
shoheh diceritakan:
"Suatu ketika Rasulullah saw duduk bersama para sahabatnya tiba-tiba
tertawa. Beliau bertanya: "Ada yang mau tau mengapa saya tertawa?"
Lalu para sahabat bertanya: "Kenapa Rasulullah tertawa?" "Aku kagum
dengan orang beriman; semua perbuatannya dijadikan kebaikan: Jika
mereka mendapatkan kebaikan (kenikmatan) mereka memuji Allah; Jika
tekena musibah (kemiskinan dll) yang tidak disukainya, mereka bersabar,
maka jadi kebaikan buatnya. Sehingga semua masalah yang menimpa
orang-orang mukmin semuanya menjadi kebaikan."
(Kitab Sunan Ahmad hadits no. 22804)
Dari ungkapan hadits tersebut benarlah ungkapan para kyai di sini,
bahwa dalam ajaran agama Islam antara kemiskinan dan kekayaan bukankah
dua sisi yang berbeda melainkan dua sisi yang saling melengkapi. Tidak
ada kaitannya antara keimanan dengan kekuatan harta itu sendiri. Miskin
hanyalah sebuah roda yang tengah berada di bawah sementara kaya berarti
tengah berada di atas. Masing-masing kemudian akan berganti dengan
siklusnya apakah di dunia ataupun diakahirat.
Miskin dan Serakah
Sebenarnya kemiskinan itu menjadi masalah, dimana letak masalahnya.
Pemerintah gencar sekali mengusahakan agar kemiskinan berkurang. Sejak
krisis BBM 2005 harga BBM naik sudah terasa sekali daya beli masyarakat
rendah. Kemudian BLT dibuatkan prioritas untuk mereka, namun ternyata
keserakahan yang memainkan harga sehingga BLT, BOSS (bantuan
pendidikan) ataupun JPS (jaring pengaman sosial) tetapi tidak mampu
melawan keserakahan orang-orang yang bermain di bidang makanan yang
berurusan dengan orang miskin.
Upaya pemerintah dalam mengentaskan kemiksinan memang tidak
setengah-setengah namun juga tidak pernah penuh alias masih tanggung.
Tidak setengah-setenah karena memang benar BLT dibagikan, kesehatan
dibantu kemudian sekolah digratiskan. Namun dibilang tidak penuh, alias
setengah-setenah juga, karena pemerintah tidak berhasil mengatasi
spekulan-spekulan yang memainkan harga-harga kaum marginal. Akibatnya
bisa ditebak, semakin miskinlah mereka.
Lalu apa gunanya pemerintah dalam hal ini? apakah dengan naiknya BBM
kemudian konpensasi dibagikan ke semua orang miskin itu tuntas? tidak!
betapa banyaknya warga miskin semakin terpuruk dan terpukul dengan
keadaan ini. Saat gas dibagikan sebagai konversi dari minyak tanah,
namun kini buru-buru para spekulan menaikkan harga Gas hingga
pemerintahpun tidak mampu mengatasi. Jadi makin apatis saja rakyat yang
"dimiskinkan" ini.
Keserakahan justru akan memiskinkan bukan justru memperkaya.
Keserakahan mau tidak mau harus diberantas. Apakah itu di pemerintahan
sendiri maupun di kalangan pebisnis yang menggoyang ekonomi negara.
Miskin dan Kekuatan
Sekali lagi kami katakan orang-orang miskin di desa seperti di sini,
memiliki kekuatan mental yang luar biasa. Mereka meski kembang kempis
tetapi bekerja mencangkul, menarik becak menarik ojek atau pekerjaan
sambilan seperti para janda mencuci pakaian keluarga kyai, atau
keluarga lainnya. Mereka tetap bertahan meskipun tidak pernah tersentuh
dengan BLT, JPS maupun BOSS. Mereka bahwa tidak mengerti apakah punya
pemerintah ataupun tidak. Apakah presiden itu lanang atawa wadon,
presiden itu dari tentara ataupun dari kyai. Mereka selalu menjadi
untouchtable.
Dalama arti lain, tanpa pemerintahpun sebenarnya mereka sudah "kaya
raya". Jadi ada keanehan. Kaum miskin yang harusnya butuh pemerintah tapi kenyataan
berkata lain, justru kaum miskinlah yang dibutuhkan oleh pemerintah.
Untuak apa pemerintah membutuhkan orang miskin. Lihat saja saat mereka ramai-ramai sebelum menjadi bagian dari pemerintah. Mereka awalnya berkampanye dengan sederatan nama-nama partai baru yang berjanji akan bekerja untuk
menbatu rakyat miskin.
Visi misinya dibuat sedemikian rupa sehingga seolah-olah mereka ada untuk rakyat Indonesia. Sayangnya begitu menang, tetap saja si miskin yang telah memilih itu tak
berubah nasibnya. Namun yang berubah nasib adalah sang politikus itu sendiri. Jadi benar kan, kalau si miskin itulah yang
membantu orang-orang yang duduk di pemerintahan. Dalam kata lain mereka
memiliki kekuatan, sementara para politikus justru miskin dan
menghiba-hiba agar dipilih sebagai pemimpin mereka.
Bahkan bila sudah selesai pesta politik yang hingar-bingar itu, mereka
bekerja tanpa jaminan apa-apa dari pemerintah. Mereka tetap
mencangkul, menarik becak, nyupir berdagang kaki-lima dan lain-lain.
Sementara bila mereka sakit tetap harus mengeluarkan ongkos biaya yang
besar. Sementara lihat saja, orang-orang yang duduk di pemerintahan
atau para pegawainya, mereka dijamin bebas berbelanja, berobat dan
mendapatkan fasilitas negara dengan begitu saja. Belum lagi saat
meninggal, maka jaminan untuk keluarganya tetap mendapat warisan jatah
hingga tujuh turunan.
Miskin Faktual dan Hakekat
Dalam tradisi pengajian yang diadakan dipesantrten kita bisa melihat apa definisi kemiskinan dalam ajaran agama.
“Sesungguhnya orang yang miskin adalah orang yang tak pernah merasa
cukup”. Banyak orang yang berpotensi atau berpeluang memperkaya diri,
tapi tidak mau melakukannya. Rasulullah dan khalifah, adalah teladan
umatnya. Muhammad SAW, sang pemimpin dunia malah berdoa pada Allah agar
“dimiskinkan”. Kebanyakan penduduk surga kata Rosul adalah kalangan
miskin. “Dan beliau bersama merka bagaikan dua jari yang saling
berdekatan”. “Kalau kemiskinan berwujud seperti manusia, akan dibunuh”
kata Saydina Ali seorang imam dan pemimpin negara yang tetap miskin,
tapi benci kemiskinan. Kenapa? Ya, karena hakekat kemiskinan adalah
merasa kurang cukup. Khalifah Umar, pemimpin negara penakluk Romawi,
hidup dengan roti kering dan pakaian penuh tambalan. Secara faktual
beliau miskin, tapi hakikatnya kaya. Toh beliau merasa cukup dan tidak
berupaya memperkaya diri dengan kekuasaan.
Sebaliknya, para konglomerat pada hakikatnya miskin. Sebab, nafsu
serakahnya selalu merasa kekurangan. Tak puas dengan mengisap bumi, air
dan kekayaan yang terkandung di dalamnya, mereka pun menghisap darah,
keringat dan air mata manusia. BBM diselundupkan, hutan dilalap, pulau
dijual, dsb.
Rasulullah bersabda:
“Akan datang suatu jaman dimana orang tak peduli apakah harta yang diperolehnya halal atau haram” (HR. Bukhari).
“Barang siapa mengumpulkan harta dengan cara tidak benar, Allah akan
memusnahkannya dengan banjir dan tanah longsor”(HR. Al-Baihaqi).
“Jangan kagum terhadap orang yang memperoleh harta secara haram.
Sesungguhnya bila dia bersedekah atau menafkahkannya, itu tidak
diterima Allah, dan bila disimpan tidak berkah. Bila tersisa pun
hartanya akan jadi bekalnya di neraka” (HR. Abu Dawud)
Akhirnya, meski mereka itu miskin dan pemerintah meneng bae, jangan kaget kalau mereka itu baik hati, fikir dan dzikirnya tetap hidup seiring dengan nafas kehidupan mereka. Karenanya, layak kita ungkapkan Subhanallah....
HIDUP RAKYAT INDONESIA..MERDEKA
----------------------------------------------------------------------------------------------
Komunitas Banyu Bening adalah kumpulan warga Muda di Buntet Pesantren yang peduli terhadap komunitas warga yang sangat membutuhkan. Programnya adalah mereka membantu para fuqoro masakin saat mereka sakit, meninggal dan juga kebutuhan-kebutuhan yang langsung menyentuh mereka.
KOMUNITAS BANYU BENING berawal dari rasa keprihatinan tentang sampah yang ada di Buntet Pesantren yang tidak terkelola dengan baik, sampah asrama, dan sampah warga yang dibuang di kebon-kebon, dan bntaran sungai yg cukup mengganggu pemandangan, penciumn, dan kesehatan.
Kegiatan lain yang akan dilakukn KOMUNITAS BANYU BENING seperti : pengobatan gratis untuk balita untuk yang tidak mampu ke bidan, pemeberian pinjaman untuk pedagang kecil di Buntet Pesantren Cirebon. Juga mengusahakan dana kerohiman untuk penajaga makbaroh (kuburan), membikin usaha dagangan dan keuntunganya untuk mendanai kegiatan. Contoh membuat counter HP utk membiayai kesehatan balita.
BANYU BENING bekerja sama dengan YLPI BPC. Personilnya terdiri dari
Man Khozin, Man Munir, Man Asep, Man Syamsudin becak, Maksus dan Adi.
Kami ingin terus eksis dalam menangani masalah sosial kemasyarakatan karenanya dukungan moral, dana dan apapun kami sangat membutuhkan. Silahkan hubungi langsung personil BanyuBening atau YLPI BPC, atau email ke banyubeningbpc.komunitas45@gmail.com
(Komunitas Banyu Bening)
Berdasarkan data jumlah keluarga miskin di seluruh Indonesia adalah 15, 5 juta kk atau setara dengan 62 juta orang (Media Indonesia, September 2005). Berdasar data BPS , jumlah penduduk miskin di Indonesia per Maret 2008 mencapai 34,96 juta jiwa (15,42%), Sedangkan menurut Bank Dunia (data orang luar nih yah)) tingkat kemiskinan di Indonesia yakni sekitar 49,5%. Fantastis! Tapi kemiskinan itu bisa menjadi kekuatan yang tersembunyi. Faktanya, banyak dari mereka lebih tahan terhadap godaan keserakahan dan menerima apa adanya.
Di saat kemiskinan masih menjadi hiasan dunia ini, maka sebenarnya jika
kita telusuri, orang-orang yang dianggap marjinal ini sebenarnya
memiliki kekuatan yang luar biasa. Daya tahan hidupnya, semangat
mempertahankan pekerjaanya bahkan dengan kemiskinan itu seakan mereka
tak terpengaruh dengan segudang orasi pengentasan kemiskinan dari
pemerintah namun masih memble.
Ungkapan bijak: "Kaadal fakru an yakunal kufra" seakan-akan dekat sekali orang miskin
itu dengan kekufuran. Mencermati hadits tersebut, kita sebenarnya tidak
perlu kemudian mengutuk kemiskinan adalah bagian dari sebuah kenistaan.
Faktanya, bukankah sebagian dari masyarakat Indonesia adalah miskin,
apalagi mereka-mereka yang tinggal di pedesaan. Namun mereka hidup
biasa-biasa saja, tidak mempertontonkan kemiskinan baik melalui protes
kepada pemerintah maupun menjadi peminta-minta.
Sebaliknya, bila kita menengok kehidupan kota, justru orang-orang yang
jahat, yang akrab dengan dunia hitam lahir bukan dari kalangan miskin
tetapi orang-orang yang kadang hidup bergelimpangan harta. Bukankah
contoh nyata, saat ini tengah dicecar oleh KPK bagaiman anggota dewan
yang terhormat juga terlibat korupsi, belum lagi para mafia peradilan,
para cukong BLBI dan lain-lain. Apakah mereka orang-orang miskin?
Bohong kalau mereka itu miskin.
Lalu dimana letak hakekat "kemiskinan" yang dimaksud ungkapan bahwa
orang miskin dekat dengan kekufuran. Menurut keterangan beberapa kyai
bahwa kemiskinan dan kekayaan merupakan dua sisi mata uang. Saat miskin
berarti tengah dicoba dengan ketidakadaan materi, sementara saat kaya,
maka kekayaan itu juga sebagai sebuah cobaan.
Karenaanya lanjut kyai kami di Buntet mengatakan bahwa Rasulullah saw
justru memuji orang-orang yang beriman dimana dalam sebuah hadits
shoheh diceritakan:
"Suatu ketika Rasulullah saw duduk bersama para sahabatnya tiba-tiba
tertawa. Beliau bertanya: "Ada yang mau tau mengapa saya tertawa?"
Lalu para sahabat bertanya: "Kenapa Rasulullah tertawa?" "Aku kagum
dengan orang beriman; semua perbuatannya dijadikan kebaikan: Jika
mereka mendapatkan kebaikan (kenikmatan) mereka memuji Allah; Jika
tekena musibah (kemiskinan dll) yang tidak disukainya, mereka bersabar,
maka jadi kebaikan buatnya. Sehingga semua masalah yang menimpa
orang-orang mukmin semuanya menjadi kebaikan."
(Kitab Sunan Ahmad hadits no. 22804)
Dari ungkapan hadits tersebut benarlah ungkapan para kyai di sini,
bahwa dalam ajaran agama Islam antara kemiskinan dan kekayaan bukankah
dua sisi yang berbeda melainkan dua sisi yang saling melengkapi. Tidak
ada kaitannya antara keimanan dengan kekuatan harta itu sendiri. Miskin
hanyalah sebuah roda yang tengah berada di bawah sementara kaya berarti
tengah berada di atas. Masing-masing kemudian akan berganti dengan
siklusnya apakah di dunia ataupun diakahirat.
Miskin dan Serakah
Sebenarnya kemiskinan itu menjadi masalah, dimana letak masalahnya.
Pemerintah gencar sekali mengusahakan agar kemiskinan berkurang. Sejak
krisis BBM 2005 harga BBM naik sudah terasa sekali daya beli masyarakat
rendah. Kemudian BLT dibuatkan prioritas untuk mereka, namun ternyata
keserakahan yang memainkan harga sehingga BLT, BOSS (bantuan
pendidikan) ataupun JPS (jaring pengaman sosial) tetapi tidak mampu
melawan keserakahan orang-orang yang bermain di bidang makanan yang
berurusan dengan orang miskin.
Upaya pemerintah dalam mengentaskan kemiksinan memang tidak
setengah-setengah namun juga tidak pernah penuh alias masih tanggung.
Tidak setengah-setenah karena memang benar BLT dibagikan, kesehatan
dibantu kemudian sekolah digratiskan. Namun dibilang tidak penuh, alias
setengah-setenah juga, karena pemerintah tidak berhasil mengatasi
spekulan-spekulan yang memainkan harga-harga kaum marginal. Akibatnya
bisa ditebak, semakin miskinlah mereka.
Lalu apa gunanya pemerintah dalam hal ini? apakah dengan naiknya BBM
kemudian konpensasi dibagikan ke semua orang miskin itu tuntas? tidak!
betapa banyaknya warga miskin semakin terpuruk dan terpukul dengan
keadaan ini. Saat gas dibagikan sebagai konversi dari minyak tanah,
namun kini buru-buru para spekulan menaikkan harga Gas hingga
pemerintahpun tidak mampu mengatasi. Jadi makin apatis saja rakyat yang
"dimiskinkan" ini.
Keserakahan justru akan memiskinkan bukan justru memperkaya.
Keserakahan mau tidak mau harus diberantas. Apakah itu di pemerintahan
sendiri maupun di kalangan pebisnis yang menggoyang ekonomi negara.
Miskin dan Kekuatan
Sekali lagi kami katakan orang-orang miskin di desa seperti di sini,
memiliki kekuatan mental yang luar biasa. Mereka meski kembang kempis
tetapi bekerja mencangkul, menarik becak menarik ojek atau pekerjaan
sambilan seperti para janda mencuci pakaian keluarga kyai, atau
keluarga lainnya. Mereka tetap bertahan meskipun tidak pernah tersentuh
dengan BLT, JPS maupun BOSS. Mereka bahwa tidak mengerti apakah punya
pemerintah ataupun tidak. Apakah presiden itu lanang atawa wadon,
presiden itu dari tentara ataupun dari kyai. Mereka selalu menjadi
untouchtable.
Dalama arti lain, tanpa pemerintahpun sebenarnya mereka sudah "kaya
raya". Jadi ada keanehan. Kaum miskin yang harusnya butuh pemerintah tapi kenyataan
berkata lain, justru kaum miskinlah yang dibutuhkan oleh pemerintah.
Untuak apa pemerintah membutuhkan orang miskin. Lihat saja saat mereka ramai-ramai sebelum menjadi bagian dari pemerintah. Mereka awalnya berkampanye dengan sederatan nama-nama partai baru yang berjanji akan bekerja untuk
menbatu rakyat miskin.
Visi misinya dibuat sedemikian rupa sehingga seolah-olah mereka ada untuk rakyat Indonesia. Sayangnya begitu menang, tetap saja si miskin yang telah memilih itu tak
berubah nasibnya. Namun yang berubah nasib adalah sang politikus itu sendiri. Jadi benar kan, kalau si miskin itulah yang
membantu orang-orang yang duduk di pemerintahan. Dalam kata lain mereka
memiliki kekuatan, sementara para politikus justru miskin dan
menghiba-hiba agar dipilih sebagai pemimpin mereka.
Bahkan bila sudah selesai pesta politik yang hingar-bingar itu, mereka
bekerja tanpa jaminan apa-apa dari pemerintah. Mereka tetap
mencangkul, menarik becak, nyupir berdagang kaki-lima dan lain-lain.
Sementara bila mereka sakit tetap harus mengeluarkan ongkos biaya yang
besar. Sementara lihat saja, orang-orang yang duduk di pemerintahan
atau para pegawainya, mereka dijamin bebas berbelanja, berobat dan
mendapatkan fasilitas negara dengan begitu saja. Belum lagi saat
meninggal, maka jaminan untuk keluarganya tetap mendapat warisan jatah
hingga tujuh turunan.
Miskin Faktual dan Hakekat
Dalam tradisi pengajian yang diadakan dipesantrten kita bisa melihat apa definisi kemiskinan dalam ajaran agama.
“Sesungguhnya orang yang miskin adalah orang yang tak pernah merasa
cukup”. Banyak orang yang berpotensi atau berpeluang memperkaya diri,
tapi tidak mau melakukannya. Rasulullah dan khalifah, adalah teladan
umatnya. Muhammad SAW, sang pemimpin dunia malah berdoa pada Allah agar
“dimiskinkan”. Kebanyakan penduduk surga kata Rosul adalah kalangan
miskin. “Dan beliau bersama merka bagaikan dua jari yang saling
berdekatan”. “Kalau kemiskinan berwujud seperti manusia, akan dibunuh”
kata Saydina Ali seorang imam dan pemimpin negara yang tetap miskin,
tapi benci kemiskinan. Kenapa? Ya, karena hakekat kemiskinan adalah
merasa kurang cukup. Khalifah Umar, pemimpin negara penakluk Romawi,
hidup dengan roti kering dan pakaian penuh tambalan. Secara faktual
beliau miskin, tapi hakikatnya kaya. Toh beliau merasa cukup dan tidak
berupaya memperkaya diri dengan kekuasaan.
Sebaliknya, para konglomerat pada hakikatnya miskin. Sebab, nafsu
serakahnya selalu merasa kekurangan. Tak puas dengan mengisap bumi, air
dan kekayaan yang terkandung di dalamnya, mereka pun menghisap darah,
keringat dan air mata manusia. BBM diselundupkan, hutan dilalap, pulau
dijual, dsb.
Rasulullah bersabda:
“Akan datang suatu jaman dimana orang tak peduli apakah harta yang diperolehnya halal atau haram” (HR. Bukhari).
“Barang siapa mengumpulkan harta dengan cara tidak benar, Allah akan
memusnahkannya dengan banjir dan tanah longsor”(HR. Al-Baihaqi).
“Jangan kagum terhadap orang yang memperoleh harta secara haram.
Sesungguhnya bila dia bersedekah atau menafkahkannya, itu tidak
diterima Allah, dan bila disimpan tidak berkah. Bila tersisa pun
hartanya akan jadi bekalnya di neraka” (HR. Abu Dawud)
Akhirnya, meski mereka itu miskin dan pemerintah meneng bae, jangan kaget kalau mereka itu baik hati, fikir dan dzikirnya tetap hidup seiring dengan nafas kehidupan mereka. Karenanya, layak kita ungkapkan Subhanallah....
HIDUP RAKYAT INDONESIA..MERDEKA
----------------------------------------------------------------------------------------------
Komunitas Banyu Bening adalah kumpulan warga Muda di Buntet Pesantren yang peduli terhadap komunitas warga yang sangat membutuhkan. Programnya adalah mereka membantu para fuqoro masakin saat mereka sakit, meninggal dan juga kebutuhan-kebutuhan yang langsung menyentuh mereka.
KOMUNITAS BANYU BENING berawal dari rasa keprihatinan tentang sampah yang ada di Buntet Pesantren yang tidak terkelola dengan baik, sampah asrama, dan sampah warga yang dibuang di kebon-kebon, dan bntaran sungai yg cukup mengganggu pemandangan, penciumn, dan kesehatan.
Kegiatan lain yang akan dilakukn KOMUNITAS BANYU BENING seperti : pengobatan gratis untuk balita untuk yang tidak mampu ke bidan, pemeberian pinjaman untuk pedagang kecil di Buntet Pesantren Cirebon. Juga mengusahakan dana kerohiman untuk penajaga makbaroh (kuburan), membikin usaha dagangan dan keuntunganya untuk mendanai kegiatan. Contoh membuat counter HP utk membiayai kesehatan balita.
BANYU BENING bekerja sama dengan YLPI BPC. Personilnya terdiri dari
Man Khozin, Man Munir, Man Asep, Man Syamsudin becak, Maksus dan Adi.
Kami ingin terus eksis dalam menangani masalah sosial kemasyarakatan karenanya dukungan moral, dana dan apapun kami sangat membutuhkan. Silahkan hubungi langsung personil BanyuBening atau YLPI BPC, atau email ke banyubeningbpc.komunitas45@gmail.com
Posting Komentar