Pondok Asy-Syakiroh dalam turnamen Sepak Bola Antarpondok |
Masyarakat dan santri Pondok Buntet Pesantren memiliki hubungan
yang sangat harmonis. Keduanya menjalin simbiosis mutualisme. Tidak ada
subordinasi di antara keduanya. Mereka merupakan subjek sesuai perannya
masing-masing di semua lini Buntet Pesantren.
Kuatnya hubungan itu sudah terjalin sejak dulu. Bahkan para kiai menyekolahkan
dan mengirim masyarakat dan santri ke pondok pesantren lain guna menggali lebih
dalam keilmuannya.
Hubungan itu semakin erat manakala hari raya kemerdekaan Republik
Indonesia tiba. Beberapa blok di Pondok Buntet Pesantren menggelar lomba yang
tidak eksklusif untuk masyarakat sekitar saja, tetapi para santri juga diberi
ruang untuk turut meramaikan kegiatan tersebut.
Blok Tuan Kandang (Tkad) menggelar turnamen sepak bola antarpondok
yang dimulai sejak akhir Juli lalu. Pondok Al-Hikmah 2 sukses membawa pulang
kambing ke pondokannya usai memenangkan laga final. Sementara itu, pendukung
Pondok Asy-Syakiroh mendapat hadiah karena dukungan terbaiknya diberikan untuk
tim kesayangannya.
Lain blok, lain pula lombanya. Gabungan Remaja Sawo Doyong (Garesado)
menggelar lomba hadroh dengan jumlah peserta 21 tim dari pondok dan sekolah di
wilayah Buntet Pesantren. Lomba menggambar, mewarnai, sepeda hias, busana
muslim dan muslimah juga mereka selenggarakan untuk anak-anak sekitar. Hal ini,
menurut Fajrul Falah, ketua panitia, guna meningkatkan imajinasi dan
kreativitas peserta.
Kegiatan rutin tahunan itu terselenggara atas urunan masyarakat
sekitar. Kue dan jajanan juga mereka sajikan kepada kiai dan peserta yang
meliputi santri dan masyarakat sekitar. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah
(STIT) Buntet Pesantren KH Fahad A Sadat didaulat menutup rangkaian kegiatan
itu dengan ceramah kemerdekaan.
“Jangan sampai hilang kecintaan kita kepada Indonesia dan tetap dibarengi
dengan keislaman,” kata Ketua Panitia Fajrul Falah berharap atas terselenggaranya
kegiatan tersebut kepada NU Online pada Sabtu (18/8).
Remaja Albas, Buntet Pesantren bagian sebelah barat sungai, juga
mengadakan berbagai macam perlombaan seperti balap karung, tarik tambang, makan
pisang, makan kerupuk, estafet air, sepeda hias, mewarnai, hingga busana
muslim. Tak berbeda dengan dua blok lainnya, Albas menggelar kegiatan ini juga
terbuka bagi para santri.
Persatuan yang terjalin dalam kegiatan di atas menjadi hadiah
tersendiri bagi blok tersebut. Hal demikian menunjukkan betapa masyarakat dan
santri Buntet Pesantren begitu harmonis. Mereka semua berbaur, menyatu, menjadi
Buntet Pesantren, tanpa sekat aling-aling yang membatasi ruang gerak
mereka, baik sebagai seorang santri, ataupun warga Buntet Pesantren.
(Syakir NF)
Posting Komentar